Follow us:

Cara Warga Gaza Mendinginkan Air Minum

Di tengah keterbatasan yang mendera warga Gaza, banyak cara untuk mensiasati impitan dan berbagai persoalan hidup. Salah satunya adalah pendingin air.

Kebutuhan untuk menjaga air tetap dingin di Gaza, di mana pasokan listrik sangat terbatas dan 2,3 juta orang telah terusir dari rumah mereka, telah mendorong kebangkitan kerajinan tembikar tradisional Palestina, lapor Reuters.

“Orang-orang sekarang mengganti kulkas dan air dingin di lemari es dengan pot-pot tanah liat,” ujar Bahjat Sabri Attallah, pemilik sebuah pabrik tembikar, dikutip dari Reuters, Selasa (20 Agustus 2024).

Ia mengatakan kepada Reuters bahwa industri ini telah mengalami peningkatan permintaan di tengah-tengah kehancuran yang diakibatkan oleh serangan militer Israel.

Namun, perang juga telah menimbulkan kesulitan bagi para pembuat tembikar yang saat ini memutar roda dengan menggunakan kaki dan membentuk tanah liat dengan tangan. Mereka tidak selalu bekerja dengan cara ini.

“Jika sebelumnya kami bekerja dengan tanah liat dengan mesin (listrik), hari ini kami membentuk tanah liat dengan menggunakan kaki kami,” kata Attallah.

Kayu kini menjadi bahan bakar untuk menyalakan tungku pembakaran di pabrik, yang sebelumnya menggunakan bahan bakar minyak, tambahnya. Namun, kekurangan makanan berarti kebutuhan akan panci untuk memasak tidak lagi begitu besar.

“Hari ini kami tidak memiliki daging atau sayuran, oleh karena itu tidak ada permintaan untuk barang-barang ini,” jelas Attallah.

Di tengah teriknya musim panas, pemilik toko Mahmoud Khidr mengatakan bahwa ia menjaga air minum tetap dingin dengan menyimpannya di dalam pot tanah liat seperti yang ada di pabrik. “Sekarang kami telah kembali ke masa lalu,” katanya.

Sambil berdiri di tokonya, pot tanah liatnya bertengger di atas kulkas, Khidr berkata, “Kami menderita karena semuanya.”

Selain kesulitan mencari dan menyimpan air, warga Palestina juga menghadapi krisis kemanusiaan dengan kekurangan makanan dan bahan bakar.

Pada Juni 2024 lalu, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)menyatakan bahwa lebih dari satu juta warga Palestina di Jalur Gaza terancam maut dan kelaparan pada pertengahan Juli apabila situasi kemanusiaan tak kunjung membaik.

Dalam laporan yang berjudul “Laporan Titik Rawan Kelaparan: Bencana kelaparan membayangi Gaza dan risiko kelaparan masih ada di Sudan, Haiti, Mali, dan Sudan Selatan” tersebut, FAO menyoroti dampak buruk sejumlah konflik terhadap kondisi kemanusiaan, termasuk di Palestina.

“Konflik yang terjadi di Palestina diperkirakan akan semakin memperburuk kelaparan akut yang sudah parah, terlebih dengan kelaparan dan kematian yang terjadi, begitu pula dengan jumlah korban tewas yang meningkat, kehancuran yang luas, dan terusirnya hampir seluruh populasi Jalur Gaza,” demikian menurut FAO, mengutip laporan tersebut.

Laporan tersebut menyatakan pada pertengahan Maret 2024, bencana kelaparan diperkirakan terjadi di dua daerah di Gaza utara pada akhir Mei jika peperangan tidak berhenti, bantuan kemanusiaan tidak terjamin, dan layanan masyarakat yang penting di sana tidak pulih.

“Lebih dari satu juta orang-orang, setengah populasi Gaza, terancam kematian dan kelaparan pada pertengahan Juli,” ucap laporan itu.

Selain menyoroti potensi bencana kemanusiaan di Jalur Gaza, laporan tersebut juga memperingatkan kemungkinan meluasnya dampak konflik hingga lingkup kawasan, yang dapat memperburuk kondisi keamanan pangan di Lebanon dan Suriah.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina pada Jumat (16 Agustus 2024) mencatat kasus pertama virus polio di wilayah selatan Jalur Gaza yang dilanda perang.

Melalui siaran pers Kemenkes menyebutkan bahwa kasus tersebut adalah bayi baru lahir berumur 10 bulan yang belum mendapat vaksinasi polio di Kota Deir al-Balah.

Para dokter menduga bahwa bayi baru lahir tersebut menunjukkan gejala yang mirip dengan polio. Pemeriksaan yang dilakukan di Amman mengonfirmasi bahwa bayi tersebut tertular jenis virus polio yang berasal dari vaksin (VDPV).

Kemenkes mengonfirmasi bahwa pihaknya akan mengadakan kampanye vaksinasi polio dalam beberapa hari ke depan yang menargetkan anak-anak di bawah usia 10 tahun, dengan mencatat bahwa 1,2 juta dosis vaksin polio tipe 2 sudah diamankan melalui koordinasi dengan Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) dan upaya untuk mengamankan 400 ribu dosis sedang dilakukan.

Pihaknya juga menekankan bahwa Jalur Gaza sedang menghadapi bencana kesehatan akibat dari agresi genosida Israel yang masih berlangsung.

Menurutnya, selain krisis air bersih dan perlengkapan kebersihan serta perlengkapan sanitasi, jasa air limbah dan penumpukan sampah di jalanan dan di sekitar pengungsian telah menciptakan lingkungan yang mendukung penyebaran banyak epidemi, termasuk penyakit yang ditularkan lewat air, seperti VDPV.

Lebih lanjut Kemenkes juga mendesak komunitas internasional dan organisasi kesehatan internasional untuk segera campur tangan menghentikan agresi genosida Israel di Jalur Gaza dan menciptakan kondisi untuk menyelamatkan apa yang mungkin dilakukan dan segera menyediakan layanan kesehatan bagi warga Gaza.

Pihaknya juga meminta seluruh badan dan organisasi internasional untuk segera bertindak membangun kembali sistem air minum dan air limbah yang aman, membuang sampah dan limbah medis, memastikan akses masuk bahan bakar untuk memompa air tawar bersih dan mengamankan akses masuk perlengkapan alat kesehatan dan kebersihan tanpa syarat ke Jalur Gaza. (UYR/Republika)

Share This:
Tags: , ,

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2023, All Rights Reserved