Follow us:

Dampak Boikot, Laba McDonald Anjlok

Penjualan makanan cepat saji McDonald’s secara global mengalami penurunan pertamanya sejak 2020. Penurunan ditengarai disebabkan karena konsumen di seluruh dunia mengeluh dengan harga burger, kentang goreng, dan minuman ringan yang semakin lebih mahal. Aksi boikot di beberapa negara juga ikut memengaruhi. 

Seperti dilansir dari laman Financial Times, Senin (29 Juli 2024), penjualan pada kuartal kedua (April-Juni) turun 1 persen secara year on year. Kepala eksekutif perusahaan Chris Kempczinski mengatakan konsumen lebih selektif dalam membelanjakan uang mereka.

Akibat penurunan konsumsi, pendapatan kuartalan McDonald tidak tumbuh atau mencatat 6,49 miliar dolar AS hampir tidak berubah dari tahun lalu. Adapun laba bersih turun 12 persen menjadi $2,02 miliar sehingga tidak memenuhi ekspektasi Wall Street.

“Anda melihat bahwa konsumen lebih sering makan di rumah,” katanya.

Penurunan permintaan ini telah memicu kekhawatiran terhadap penjualan makanan cepat saji itu setelah bertahun-tahun membantu menopang ekonomi AS sejak pandemi.

Indeks makanan AS yang dikonsumsi di luar rumah naik 30 persen dari pertengahan 2019. McDonald’s,juga telah menaikkan harga. Pada saat yang sama, rumah tangga yang memiliki uang tunai mulai menahan diri setelah pandemi.

Joe Erlinger, presiden McDonald’s AS, mengatakan dalam surat terbuka pada bulan Mei bahwa biaya rata-rata Big Mac Meal telah naik 27 persen dari sejak 2019, menjadi 9,29 dolar di AS. Ia pun mengakui bahwa harga terimbas oleh tekanan inflasi.

“Pada akhirnya, kami memperkirakan pelanggan akan terus merasakan tekanan ekonomi dan biaya hidup yang lebih tinggi setidaknya selama beberapa kuartal berikutnya dalam lanskap yang sangat kompetitif ini,” kata Erlinger kepada para analis pada hari Senin.

Perusahaan dan para pesaingnya sekarang menawarkan diskon untuk menarik kembali pelanggan. Kesepakatan $5 untuk sandwich, nugget ayam, kentang goreng, dan minuman yang diluncurkan McDonald’s di AS akhir bulan lalu diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung.

McDonald’s memiliki lebih dari 40.000 restoran di lebih dari 100 negara. Sekitar 41 persen dari pendapatannya sebesar 25,5 miliar dolar AS pada tahun lalu berasal dari AS.

Sementara penjualan internasional menurun lebih dari 1 persen. Perusahaan baru-baru ini memperingatkan bahwa perang di Gaza telah merugikan bisnisnya di beberapa negara Timur Tengah, serta Indonesia dan Malaysia.

Penjualan juga terjadi lebih rendah di Prancis dan Tiongkok, tempat di mana Kempczinksi mengatakan bahwa McDonald’s menghadapi persaingan yang agresif.

Dilansir dari laman Reuters, perusahaan seperti McDonald’s dan Starbucks (SBUX.O), menderita akibat boikot konsumen terkait dengan perang Gaza, yang berdampak pada penjualan mereka di pasar Timur Tengah.

Namun, McDonald’s tetap berpegang pada anggaran belanja modalnya hingga $2,7 miliar, dengan lebih dari setengahnya dialokasikan untuk restoran baru di AS dan pasar internasional. Perusahaan memperoleh laba $2,97 per saham berdasarkan penyesuaian pada kuartal kedua. Angka itu meleset dari ekspektasi $3,07 per saham.

Sementara itu, Saham McDonald’s ditutup naik 3,7 persen pada Senin (29 Juli 2024) karena pasar bereaksi terhadap penurunan penjualan, yang “sedikit lebih baik dari yang dikhawatirkan.” (UYR/Republika)

Share This:
Tags: , ,

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2023, All Rights Reserved