Follow us:

Empat Peristiwa Bersejarah Pada Bulan Dzulqadah

Setiap perbuatan baik dan buruk manusia senantiasa mendapat ganjaran dari Allah SWT. Tetapi dalam waktu tertentu, satu perbuatan akan mendapat berlipat-lipat ganjaran. Maka dalam Islam terdapat waktu-waktu istimewa yang mampu mengistimewakan suatu perbuatan menjadi berlipat-lipat. 

Salah satu waktu istimewa itu ada dalam putaran bulan Dzulqa’dah. Bulan ini merupakan salah satu bulan yang sangat istimewa dalam kalender hijriyah. Sebagai bulan suci, segala amal baik maupun buruk yang dilakukan pada bulan ini akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Hal ini menjadikan Dzulqa’dah sebagai waktu yang sangat berharga dalam pandangan Islam.

Sebagai salah satu bulan yang istimewa, maka penting bagi umat Islam untuk mengenal lebih jauh peristiwa apa saja yang terjadi pada bulan ini. Pasalnya, setiap bulan yang istimewa tidak pernah dilepaskan dari akar historis yang melatarbelakanginya. 

Untuk itu, memahami peristiwa penting yang terjadi selama bulan Dzulqa’dah tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah Islam, tetapi juga dapat menginspirasi kita untuk meningkatkan ibadah dan amal kebaikan. 

Berikut adalah empat peristiwa bersejarah yang terjadi pada bulan Dzulqa’dah yang patut kita ketahui.

1. Perang Bani Quraizhah

Pada bulan Dzulqa’dah tahun kelima Hijriah, terjadi peristiwa penting berupa Perang Bani Quraizhah. Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam kitab sirahnya mencatat bahwa sehari setelah Rasulullah SAW kembali ke Madinah, Malaikat Jibril mendatangi beliau pada waktu Zuhur.

Jibril menyampaikan pesan bahwa para malaikat belum meletakkan senjata mereka dan meminta Rasulullah untuk berangkat bersama para sahabat menuju perkampungan Bani Quraizhah. Jibril berjanji akan berjalan di depan mereka untuk mengguncangkan benteng-benteng musuh dan menanamkan ketakutan di hati mereka.

Menanggapi pesan ini, Rasulullah segera memerintahkan para sahabat untuk berangkat ke pemukiman Bani Quraizhah dengan pesan agar tidak melaksanakan shalat Ashar hingga tiba di tempat tujuan. Setibanya di sana, pasukan Muslim mengepung benteng-benteng Bani Quraizhah selama 25 malam (menurut riwayat lain 25 hari).

Pengepungan ini berhasil menanamkan rasa takut di hati mereka sehingga akhirnya mereka menyerah dan bersedia tunduk pada keputusan hukum Rasulullah SAW. Peristiwa ini secara tegas disebutkan oleh Syaikh Shafiyurrahman terjadi pada bulan Dzulqadah tahun kelima Hijriah.

2. Perjanjian Hudaibiyah

Peristiwa bersejarah kedua adalah Perjanjian Hudaibiyah. Syekh Ali as-Shalabi dalam kitab sirahnya menjelaskan bahwa ketika kekuatan umat Islam semakin menguat, mereka mulai memikirkan hak mereka untuk beribadah di Masjidil Haram yang telah terhalang oleh kaum musyrikin selama enam tahun. 

Pada hari Senin di bulan Dzulqa’dah tahun ketujuh Hijriah (menurut sebagian riwayat tahun keenam), Rasulullah SAW berangkat dari Madinah bersama 1.400 sahabat tanpa membawa senjata perang. Ketika tiba di Dzulhulaifah (miqat bagi penduduk Madinah), beliau memulai ihram untuk umrah.

Kaum Quraisy Makkah awalnya menduga kedatangan rombongan Muslim ini bertujuan untuk menyerang mereka. Untuk mengklarifikasi hal ini, mereka mengutus seorang perwakilan menemui Rasulullah SAW. Setibanya di tempat peristirahatan umat Islam, Rasulullah menegaskan bahwa kedatangan mereka semata-mata untuk beribadah umrah, bukan untuk berperang.

Karena kejelasan tujuan ini, akhirnya tercapailah kesepakatan damai antara umat Islam dengan kaum Quraisy, yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini menjadi tonggak penting dalam sejarah hubungan umat Islam dengan kaum Quraisy Makkah.

3. Umrah Rasulullah di Bulan Dzulqadah

Dalam periode bulan ini, tercatat bahwa Rasulullah SAW memiliki tradisi khusus berupa pelaksanaan ibadah umrah secara rutin.

Satu fakta menarik yang terekam dalam sejarah adalah bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan seluruh umrahnya pada bulan Dzulqa’dah. 

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW menjalankan umrah sebanyak empat kali, dan semuanya dilakukan pada bulan ini. Umrah-umrah tersebut meliputi: umrah dari Hudaibiyah, umrah pada tahun berikutnya, umrah dari Ji’ranah, dan umrah yang dilaksanakan bersamaan dengan ibadah haji beliau (HR Bukhari).

Pilihan waktu ini bukan tanpa alasan. Selain sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, pelaksanaan umrah pada bulan Dzulqa’dah juga merupakan persiapan spiritual menghadapi kewajiban rukun Islam kelima, yaitu ibadah haji yang dilaksanakan pada bulan berikutnya.

4. Allah SWT Berfirman kepada Nabi Musa

Selain peristiwa umrah Rasulullah, bulan Dzulqa’dah juga menjadi saksi peristiwa spiritual luar biasa lainnya, yaitu pertemuan langsung antara Nabi Musa AS dengan Allah SWT. 

Pada bulan ini, Nabi Musa AS menerima wahyu berupa kitab Taurat dan berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta. Alqur’an dalam Surah Al-Araf ayat 143 mengabadikan momen ini,

وَلَمَّا جَاءَ مُوسَىٰ لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.

“Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan telah berfirman (langsung) kepadanya (Musa).”

Menurut penafsiran Imam Ibnu Katsir ad-Dimisyqi yang mengutip pendapat mayoritas ulama tafsir seperti Imam Mujahid, Masruq, dan Ibnu Juraih, peristiwa agung komunikasi langsung antara Allah dan Nabi Musa AS ini terjadi pada bulan Dzulqa’dah.

Memahami empat peristiwa bersejarah ini memberikan kita perspektif tentang kemuliaan bulan Dzulqa’dah. Akar sejarah ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan, serta menjauhi segala bentuk kemaksiatan selama bulan yang diberkahi ini. (UYR/MUI)

Share This:

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2023, All Rights Reserved