Gus Sholah, Ulama Pembela Agama dan Hak Asasi Manusia
DARUSSALAM.ID – Indonesia kembali kehilangan sosok ulama kharismatik, yaitu KH. Sholahuddin Wahid atau yang akrab dengan sapaan Gus Sholah. Sebelumnya, umat Islam telah kehilangan ulama dari keluarga Muhammadiyah, yaitu Yunahar Ilyas.
Semasa hidupnya, Gus Sholah dikenal santun tapi juga tak segan untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar terhadap siapapun. Termasuk pada organisasi yang ia ikuti, Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai cucu pendiri NU, ia begitu gigih mengingatkan agar organisasi bentukan KH. Hasyim Asy’ari itu tidak ikut campur dalam urusan politik.
Ia menginginkan agar NU konsen pada pembelaan terhadap rakyat kecil dan umat Islam. Gus Sholah sangat menolak jika NU dijadikan sebagai alat partai. Bahkan, ia sempat mengatakan bahwa NU bisa mati di tangan politisi.
Selain berani mengingatkan orang yang dianggap salah, Ulama kelahiran Jombang, Jawa Timur juga masih membantu para keluarga korban Partai Komunis Indonesia (PKI). Hal itu ia buktikan ketika mau menjadi Ketua Yayasan Masyarakat Peduli Sejarah (YMPS).
Bahkan, pada hari Jumat 8 Desember 2017 silam, ia mengunjungi langsung Kantor Komnas HAM bersama para korban PKI. Saat itu, santer isu bahwa PKI akan diposisikan sebagai korban dan pemerintah akan minta maaf pada PKI.
Gus Sholah pun pernah masuk pada Tim 13 bentukan Komnas HAM. Tim ini dibuat untuk melakukan evaluasi terhadap penanganan terorisme di Indonesia oleh Densus 88. Anggota Tim 13 terdiri dari Komisioner Komnas HAM, Akademisi, Muhammadiyah dan Tokoh Agama.
Dan saat gaduh kasus Sukmawati yang mempertanyakan lebih berjasa mana antara Nabi Muhammad dan Soekarno dalam memerdekakan Indonesia, Gus Sholah pun angkat suara. Ia menganggap Sukmawati tak peka pada hal-hal yang sensitif, misalnya soal agama. Pembelaan Gus Sholah terhadap agama Islam tak perlu diragukan.
Begitu banyak pelajaran yang bisa diambil dari kehidupan seorang Gus Sholah. Dari mulai kegigihan, keistiqomahan dan keberanian dalam membela agama dan Hak Asasi Manusia. Meski di usia senja, ia tak kehilangan ‘taringnya’. Di Indonesia sendiri sangat jarang ditemui ulama yang gagah membela agama, tapi juga konsen terhadap isu HAM. Maka, Gus Sholah adalah termasuk ulama yang unik.
Ulama adalah pewaris para Nabi. Dengan wafatnya satu ulama, maka tertutup sudah satu pintu untuk mendalami agama ini. Umat Islam memang sudah tak bisa lagi berguru langsung dengan Gus Sholah, tapi apa yang sudah ia lakukan semasa hidup bisa kita jadikan tauladan. Bahwa, usia bukan halangan untuk diam ketika ada kemungkaran.
Selamat jalan, Gus Sholah. Semoga Allah SWT menerima semua amalanmu dan mengampuni semua kesalahanmu. InsyaAllah, banyak yang menjadi saksi kegigihanmu dalam membela agama dan Hak Asasi Manusia. Dan semoga, muncul ulama-ulama yang mengikuti jalan Gus Sholah, bahkan bisa melebihi Almarhum.(Hud/Kiblat.Net)
Copyright 2023, All Rights Reserved
Leave Your Comments