Follow us:

MEMOHON PERLINDUNGAN DAN PERTOLONGAN ALLAH

Kemuliaan seseorang adalah manakala Allah Ta’ala memberikan kemudahan dan taufiq kepadanya untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya. Selanjutnya, kita akan membahas sebuah ikrar yang selalu kita lafadzkan dalam setiap shalat kita, yaitu ayat:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ{5}

“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan”. (Al Fatihah: 5)

Apa Perbedaan Antara Pertolongan Dan Perlindungan?

Pertolongan adalah sesuatu yang Allah anugerahkan ditengah-tengah kita mendapatkan masalah. Sedangkan perlindungan adalah sebelum terjadinya sesuatu, kita memohon perlindungan.

Kita jadikan shalat malam sebagai media agar Allah memberikan perlindungan untuk esok hari sebelum menjalankan aktivitas. Dan saat kita beraktivitas lalu mendapatkan problem atau masalah maka Allah turunkan pertolongan-Nya. Tetapi yang ditekankan disini adalah perintah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga mendapatkan jaminan-Nya. Dan tidak serta merta ketika sudah meminta perlindungan Allah, seluruh urusan kita lancar dan tidak ada masalah, namun terkadang kita mendapatkan masalah untuk menguji kesungguhan iman. Saat itulah kita membutuhkan pertolongan Allah Ta’ala.

Tapi yakinlah, bagaimana mungkin kita mendapatkan pertolongan Allah, kalau tidak memohon perlindungan kepada-Nya??

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al Baqarah: 153)

Kenapa ayat di atas menggunakan lafazh “isti’an” bukan “An Nashr” sebagaimana dalam surah Muhammad?

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (محمد: 7)

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad: 7)

Sebab, Allah Ta’ala akan menolong saat hamba-Nya membutuhkan pertolongan. Dan memang umumnya manusia meminta pertolongan saat butuh pertolongan. Tetapi ketika berada dalam situasi lapang dan tidak sulit mereka tidak pernah menolong Allah. Oleh itu, dalam sebuah hadits kita diingatkan,

تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ

“Kenalilah Allah di masa lapang (senang), niscaya Allah akan mengenalimu di masa engkau menghadapi kesulitan”. (Dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jaami’)

Makna hadits tersebut adalah: ingatlah selalu Allah (banyak berdzikir), banyak bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Nya, banyak beribadah, dan banyak berdoa di masa-masa kita mendapatkan kelapangan hidup/ kesenangan, niscaya di saat kita mengalami kesusahan dan kesempitan Allah akan mengenali kita dan menolong kita.

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرْ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

“Barangsiapa yang senang (ingin) Allah kabulkan doanya di masa kesulitan dan genting, hendaknya memperbanyak doa (ketika) di masa lapang”. (HR. At Tirmidizi, dihasankan oleh Syaikh al-Albany)

Seperti Nabi Yunus Alaihissalam yang di masa susah (dalam perut ikan) berdoa kepada Allah, Allah pun kemudian memberi jalan keluar baginya. Hal itu dikarenakan dulunya saat hidup di daratan (di masa lapang) Nabi Yunus sering melakukan shalat, sehingga Allah selamatkan ia ketika kesulitan, sehingga tidak sampai mati di dalam perut ikan.

Ibnu Qayyim menyebutkan, bagi orang-orang beriman ada tiga sungai besar yang dipersiapkan Allah untuk membersihkan dosa-dosa. Pertama adalah sungai taubat, kedua, sungai amal kebaikan yang menghanyutkan kesalahan yang melekat dalam hati manusia, dan ketiga adalah sungai musibah dan ujian. jika ketiga sungai tersebut tidak digunakan ketika di dunia, maka Allah persiapkan satu sungai lagi di akhirat yaitu sungai neraka.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al Baqarah: 153)

Perlindungan Allah yang terbesar adalah perlindungan aqidah dan penjagaan iman. Lalu kenapa harus meminta pertolongan dengan shalat? Sebab shalat bisa menjaga iman dari berbagai macam virus keimanan, apalagi menjelang akhir tahun seperti ini. Godaan dan virus yang mengganggu keimanan sangat banyak dan bahaya.

Apapun yang dilakukan oleh orang beriman, seluruhnya mempunyai konsekuensinya. Apalagi yang berkaitan dengan aqidah. Kenapa? Karena kita telah mendeklarasikan “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin”.

Renungkanlah doa nabi Ibrahim Alaihissalam tentang shalat,

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء (إبراهيم: 40)

“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku”. (Ibrahim: 40)

Tidak mungkin Allah mengabadikan doa yang dipanjatkan nabi Ibrahim Alaihissalam melainkan kita juga harus mencontohnya sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim.

Shalat adalah amalan yang sangat besar nilainya dan tinggi kedudukannya di dalam Islam. Shalat adalah ibadah yang Allah perintahkan kepada Rasulullah secara langsung di atas langit ketika beliau mengalami peristiwa isra mi’raj tanpa perantara malaikat, tidak seperti amalan lainnya. Shalat juga ibadah yang usianya paling panjang dan terakhir kali dilupakan oleh umat islam. Bahkan wasiat Nabi di penghujung hayat beliau adalah shalat.

Dari ‘Ali Radhiallahu Anhu, beliau berkata, “Akhir wasiat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah: “Jagalah shalat…Jagalah shalat… Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan budak kalian”. (HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Al Albani)

Kira-kira kalau kita mau jujur mendeteksi shalat kita yang dapat menjadi media perlindungan Allah Ta’ala, berapa persen kita dapat perlindungan dari-Nya??

Jika demikian, agar permohonan kita diterima oleh Allah, tentu harus mengikuti tuntunan dan petunjuk-Nya. Salah satu dari petunjuk-Nya dalam memohon pertolongan adalah dengan sentiasa bersikap sabar dan memperkuat hubungan yang baik dengan-Nya dengan menjaga shalat yang berkualitas. Disinilah shalat merupakan cerminan dari penghambaan kita yang tulus kepada Allah.

Sedikit Ilustrasi Dari Penjagaan Allah Terhadap Hamba-Nya

Suatu hari, Dzun Nun Al-Mishri hendak mencuci pakaian di tepi sungai Nil. Tiba-tiba ia melihat seekor kalajengking yang sangat besar. Binatang itu mendekati dirinya dan segera akan menyengatnya.

Dihinggapi rasa cemas, Dzun Nun memohon perlindungan kepada Allah swt agar terhindar dari cengkeraman hewan itu. Ketika itu pula, kalajengking itu membelok dan berjalan cepat menyusuri tepian sungai.

Dzun Nun pun mengikuti di belakangnya. Tidak lama setelah itu, si kalajengking terus berjalan mendatangi pohon yang rindang dan berdaun banyak. Di bawahnya, berbaring seorang pemuda yang sedang dalam keadaan mabuk. Si kalajengking datang mendekati pemuda itu. Dzun Nun merasa khawatir kalau-kalau kalajengking itu akan membunuh pemuda mabuk itu.

Dzun Nun semakin terkejut ketika melihat di dekat pemuda itu terdapat seekor ular besar yang hendak menyerang pemuda itu pula. Akan tetapi yang terjadi kemudian adalah di luar dugaan Dzunnun. Tiba-tiba kalajengking itu berkelahi melawan ular dan menyengat kepalanya. Ular itu pun tergeletak tak berkutik.

Sesudah itu, kalajengking kembali ke sungai meninggalkan pemuda mabuk di bawah pohon. Dzun Nun duduk di sisi pemuda itu dan melantunkan syair, Wahai orang yang sedang terlelap, ketahuilah, Yang Maha Agung selalu menjaga dari setiap kekejian yang menimbulkan kesesatan. Mengapa si pemilik mata sampai tertidur? Padahal mata itu dapat mendatangkan berbagai kenikmatan

Pemuda itu mendengar syair Dzun Nun dan bangun dengan terperanjat kaget. Segera Dzun Nun menceritakan kepadanya segala yang telah terjadi.

Setelah mendengar penjelasan Dzunnun, pemuda itu sadar. Betapa kasih sayang Allah sangat besar kepada hambanya. Bahwa Allah masih memberikan perlindungan dan penjagaan-Nya.

Dzunnun bertanya kepada pemuda tadi: “apa rahasia amalan anda sehingga Allah mengutus makhluk lain untuk mematikan ular tersebut, saat tidak ada yang bisa menolong kecuali Allah?” Pemuda tersebut menjawab “saya tidak tahu, tapi saya selalu menjaga waktu-waktu shalat. Wallahu a’lam itulah yang saya lakukan. Ternyata Allah menjadikan shalat saya sebagai perlindungan.

Nabi Yunus Alaihissalam

Begitu juga ketika Allah menyempitkan Nabi Yunus Alaihissalam dengan menjadikan dirinya di dalam perut ikan sebagaimana firman Allah:

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan sangat gelap: “Bahwa tak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim”. (Al-Anbiya: 87)

Saat itu Nabi Yunus telah habis kesabarannya hingga hatinya menjadi sempit lalu ia segera meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah sebelum mendapat izin dari Allah, Nabi Yunus mengira bahwa Allah tidak akan menyempitkannya (mempersulitkannya), tetapi sebaliknya Allah malah menyempitkannya. Nabi Yunus sadar betul ketika berada dalam perut ikan, beliau tidak mungkin bisa nego dengan ikan karena tidak ada manusia yang bisa berkomunikasi dengan hewan kecuali Nabi Sulaiman, itupun atas izin dari sang Maha Kuasa.

Kemudian Nabi Yunus berdo’a dan berkomunikasi kepada Allah untuk bertaubat, maka Allah menerima taubatnya: “Maka Kami memperkenankan do’anya”. (Al-Anbiya’: 88)

Jikalau bukan karena pertolongan Allah, bisa saja ikan tersebut menggigit sebagian anggota tubuh nabi Yunus Alaihissalam.

Begitu juga dengan kisah tiga orang pada zaman Bani Israil yang terkurung dalam goa, mereka bisa keluar dari goa tersebut lantaran bertawassul dengan amal-amal shalih yang pernah dikerjakan.

Kita memohon kepada Allah untuk memberikan perlindungan kepada diri dan keluarga kita. Bagaimana caranya? Allah memberikan taufiq kepada kita untuk rajin melaksanakan shalat, maka saat itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menurunkan perlindungan dengan sesuatu yang tidak bisa diprediksi oleh manusia.

Meminta Pertolongan Dengan Sabar

Kenapa dalam ayat 45 dari surah al baqarah titik tekannya adalah shalat? Karena shalat tidak mudah dijalankan, kecuali orang-orang yang memenuhi kualifikasi al khasyi’in.

Sementara dalam ayat 153 titik tekannya adalah kesabaran, kenapa? Karena Allah akan melindungi, memelihara, memberikan pertolongan dan menjaga orang-orang yang sabar. Dan sabar yang tertinggi adalah sabar dalam menjalankan ketaatan ketika umat sudah tidak peduli dengan ketaatan, karena mayoritas mereka dalam keadaan rusak.

Dan kenapa dalam ayat 45 dan 153 Al Baqarah, penyebutan lafazh sabar lebih didahulukan daripada shalat, padahal shalat adalah tiang agama?

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah menjawab:

Allah Tabaraka Wa Ta’ala mendahulukan sabar karena sabar itu lebih luas dari shalat. Karena shalat adalah ibadah tertentu, sedangkan sabar lebih luas cakupannya. Bahkan shalat adalah bentuk dari sabar, karena shalat adalah bentuk ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla.

Dalam satu hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda,

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْر

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api”. (HR. Abu Dawud)

Mengapa “bara api”? Karena bara api jika digenggam tentu akan menyakitkan ketika digenggam. Sebagaimana penjelasan syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah,

كأنه قابض على الجمر من شدة ما يصيبه من الآلام والشدائد في ذلك، وقت الفتن وقت الأذى من الأعداء

“Sebagaimana penggenggam bara api, akan menimpanya sakit yang sangat, ketika terjadi fitnah (ujian) dari musuh-musuh”.

Dan ini tentu membutuhkan kesabaran yang sangat.

Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengisyaratkan bahwa akan ada suatu zaman yang penuh dengan fitnah, dimana ‘amar ma’ruf nahi mungkar tidak lagi berarti. Keadaan dimana manusia tidak lagi mempan terhadap seruan peringatan, nasihat dan pelurusan, mereka telah menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhan-nya yang baru, dunia begitu diutamakan dan menyedot seluruh perhatian mereka, hasilnya pun mereka nikmati dunia ini dengan sepuas-puasnya tanpa ada yang mereka simpan dan sisakan untuk agama dan akhirat. Manusia hidup tanpa landasan agama sehingga tak ubahnya seperti binatang ternak.

Sehingga kemudian orang-orang yang hidup pada zaman yang penuh dengan fitnah ini kondisinya diibaratkan seperti orang yang berada dalam kegelapan malam yang tidak mendapatkan cahaya kecuali bongkahan bara api yang ada di hadapannya. Mereka dihadapkan dengan dua pilihan, apakah harus mengambil bongkahan api tersebut sehingga bisa terus berjalan walaupun tangan penuh luka ataukah meninggalkan bongkahan api itu tapi tetap pada kegelapan?

Maka kita lihat, bagaimana kondisi umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam saat ini dalam memegang ajaran beliau? Apakah mereka mengambil resiko yang pertama yaitu tetap memegang teguh ajaran beliau itu dengan kesabaran prima? Ataukah mereka mengambil resiko yang kedua, yaitu menanggalkan ajaran beliau itu, tak kuat memegangnya karena dirinya terus menerus mendapatkan hinaan, ejekan dan siksaan bahkan ancaman pembunuhan?

Pertolongan Allah yang hakiki adalah manakala aqidah umat ini terjaga. Dan pertolongan Allah yang tertinggi adalah berbodong-bondong manusia masuk islam, mengamalkan dan menjalankan akhlak islam.

Didahulukannya lafazh “ibadah” daripada “istia’anah”

“Ibadah” didahulukan daripada “Isti’anah” di dalam Al-Fatihah merupakan gambaran didahulukannya tujuan daripada sarana. Hal ini bisa dilihat dari beberapa sebab:

  1. “Ibadah” merupakan tujuan penciptaan hamba, sedangkan “Isti’anah” merupakan sarana untuk dapat melaksanakan “Ibadah” itu.
  2. “Ibadah” merupakan hak Allah yang diwajibkan kepada hamba, sedangkan “Isti’anah” merupakan permohonan pertolongan untuk dapat melaksanakan “Ibadah”.
  3. Iyyaka na’budu merupakan hak Allah dan iyyaka nasta’in merupakan kewajiban Allah. Hak-Nya harus didahulukan daripada kewajiban-Nya. Sebab hak Allah berkaitan dengan cinta dan ridha-Nya, sedangkan kewajiban-Nya berkaitan dengan kehendak-Nya. Apa yang bergantung kepada cinta-Nya harus lebih sempurna daripada apa yang bergantung kepada kehendak-Nya. Semua yang ada di alam, para malaikat maupun syetan, orang-orang Mukmin maupun orang-orang kafir, orang yang taat maupun orang yang durhaka, semuanya bergantung kepada kehendak-Nya. Apa yang bergantung kepada cinta-Nya adalah ketaatan dan iman mereka. Orang-orang kafir ada dalam kehendak-Nya dan orang-orang Mukmin ada dalam cinta-Nya.

Memohon perlindungan kepada Allah harus kita lakukan sebelum menjalankan aktivitas apapun. Dan kita awali dengan menegakkan shalat.

Wallahu Ta’ala A’lam

Oleh:Utsadz Attabik Lutfi, MA

(Hud/Darussalam.id)

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2023, All Rights Reserved