Follow us:

Mensyukuri Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai Rahmat Allah

Oleh:Ustadz Dr. Haikal Hasan

Kita juga patut bersyukur bahwa kita telah diberi kemerdekaan dari penjajahan sejak 75 tahun lalu. Kemerdekaan adalah rahmat, kasih sayang, dan anugerah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kemerdekaan yang diraih melalui perjuangan para pendahulu kita, terutama dari kalangan ulama, kyai, asatidz, tokoh Islam dan para santri dalam mengusir penjajahan dengan kalimat takbir “Allahu Akbar”.

Bulan ini kita berada pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, sebagai rahmat, karunia dan berkah dari Allah yang wajib disyukuri.

Hal ini juga ditegaskan di dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.

Para pendahulu kita telah merekatkan semua perbedaan yang ada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hingga kini ulama, tokoh dan umat Islam selalu menjaga persatuan dan kesatuan itu, serta mengisi pembangunan dengan nilai-nilai takwa.

Dengan takwa itu itulah negeri ini senantiasa mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya:

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ

Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan [ayat-ayat Kami] itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS Al-A’raf [7]: 96).

Sehingga dengan demikian, dengan rahmat Allah berupa kemerdekaan itulah, lalu dilanjutkan dengan mengisinya agar dapat menjadi negeri yang baik, penuh berkah serta ampunan Allah.

Sebagaimana firman-Nya:

…..بَلۡدَةٌ۬ طَيِّبَةٌ۬ وَرَبٌّ غَفُورٌ۬

Artinya: “….. negeri yang baik dan [Tuhanmu] adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (QS Saba [34]: 15).

Namun ayat tersebut masih berlanjut, jangan sampai kufur nikmat. Sebab jika kufur, mengingkari segala rahmat, karunia Allah, malah mengisinya dengan berbagai kemungkaran, adu domba, dan berbagai kemaksiatan. Maka yang akan terjadi adalah ujian, malapetaka bahkan azab dari Allah.

Seperti ayat selanjutnya memperingatkan :

 فَأَعۡرَضُواْ فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡہِمۡ سَيۡلَ ٱلۡعَرِمِ وَبَدَّلۡنَـٰهُم بِجَنَّتَيۡہِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ أُڪُلٍ خَمۡطٍ۬ وَأَثۡلٍ۬ وَشَىۡءٍ۬ مِّن سِدۡرٍ۬ قَلِيلٍ۬ (١٦) ذَٲلِكَ جَزَيۡنَـٰهُم بِمَا كَفَرُواْۖ وَهَلۡ نُجَـٰزِىٓ إِلَّا ٱلۡكَفُورَ (١٧)

Artinya: “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi [pohon-pohon] yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (16) Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab [yang demikian itu], melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (17). (QS Saba [34]: 16-17).

Rahmat kemerdekaan yang diperoleh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, dengan teriakan takbir “Allahu Akbar”. Para kyai dan santri, ustadz, tokoh Islam, dan masyarakat Muslim mulai dari perkotaan hingga pelosok pedesaan telah berjuang mengusir penjajah.

Mereka sanggup meninggalkan keluarga, harta benda dan fasilitas hidup dan kehidupan demi tercapainya kemerdekaan, serta terpenuhinya hak-hak asasi manusia.

Demikianlah semangat kemerdekaan yang hidup dan dibakar dalam jiwa kaum Muslimin di Indonesia. Semenjak berabad-abad, semangat itu menjadi sumber kekuatan bangsa dan semangat itu pulalah yang menghebat dan mendorong bangsa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1945.

Prof Buya Hamka menambahkan, tidak mungkin tauhid dilepaskan dalam perjuangan suatu bangsa. Sebab pangkal pokok pandangan Islam adalah dua kalimat syahadat, “Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah”.

Menurutnya, akibat dua kalimat syahadat itu bagi kehidupan Islam, sangat besar maknanya. Karena kalimat itu, tidaklah ada yang mereka sembah, melainkan Allah.

Begitulah, memang sesungguhnya Islam hadir membawa misi pembebasan bagi manusia dari segala bentuk penjajahan dan penindasan. Islam hadir untuk memperbaiki akhlak umat manusia dan selanjutnya hanya menghamba kepada Allah. Termasuk dalam hal ini membebaskan manusia dari kungkungan hawa nafsu yang mendorong manusia bersikap destruktif menuju manusia konstruktif.

Misi Islam juga sesungguhnya untuk memanusiakan manusia, menghilangakan rasialisme, dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.

Ajaran Islam juga menempatkan manusia sebagai hamba Allah yang mempunyai misi untuk memakmurkan kehidupan di dunia ini, membawa sebagai ajaran yang membawa rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).

Karena itu, tidaklah sempurna iman seseorang, manakala kesalehan ritual yang ditunjukkan dengan shalat, dzikir, puasa, dan lainnya, tidak membawa implikasi positif bagi proses kemanusiaan pada sekelompok masyarakat yang memerlukan. Terutama dalam bentuk kepedulian dengan memberikan kontribusi bagi penguatan sendi-sendi ekonomi umat.

Maka, ajaran Islam mendorong pembebasan negeri-negeri terjajah. Seperti saat ini Palestina, satu-satunya negeri di dunia ini yang masih terjajah oleh kolonialis.

Untuk itu, marilah kita semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan umat dan bangsa, kita tinggalkan segala pertikaian dan permusuhan, kita songsong tantangan masa depan dengan semangat membangun negeri dalam ridha ilahi. Apalagi masih dalam suasana pandemi saat ini, maka yang paling diperlukan adlah saling menolong, saling membatu dan saling menguatkan dalam kebaikan dak takwa.

Sebagaimana firman-Nya:

 ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS Al-Maidah/5: 2).

pada ayat lain, Allah menyebutkan berbagai ragam kebaikan itu dalam firman-Nya:

 لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah/2: 177).

Demikianlah, semoga Allah senantiasa menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dalam ridha dan ampunan-Nya. Aamiin.

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2023, All Rights Reserved