OKI dan KAICIID Gelar Dialog Agama Buddha dan Islam Tingkat Regional

DARUSSALAM.ID, Jakarta – Sedikitnya 65 pemuka agama dan stakeholder menghadiri dialog antar agama Islam dan Buddha di hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Dialog yang digelar selama dua hari sejak tanggal 18 ini guna mencegah terjadinya konflik di tengah masyarakat yang disebabkan oleh ujaran kebencian.

Hal itu diungkapkan Dr Debbie Affianty, peserta dialog perwakilan dari PP Muhammadiyah. Debbie yang didapuk menjadi pembicara konferensi pers mengungkapkan, selama dua hari ini, dialog antar pemuka agama ini berfokus pada tiga aspek.

“Fokus workshop ini adalah mencegah ujaran kebencian, membangun pendidikan inklusif, dan melindungi tempat ibadah masing-masing agama,” ujar Debbie, Kamis (19/12/2019).

Debbie menjelaskan, workshop ini menggagas ide bahwa masing-masing pemuka agama Buddha dan Islam perlu melakukan dialog untuk mencegah adanya konflik atau gesekan di bawah, masyarakat mereka.

“Nantinya diharapkan akan ada aksi-aksi di tingkat nasional di masing-masing negara, ada Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar dan Srilanka,” ujarnya.

Lebih lanjut, Debbie menjelaskan bahwa salah satu hal yang diantisipasi adalah perihal ujaran kebencian di masyarakat. Baik secara online di media sosial, maupun secara offline dalam acara-acara keagamaan misalnya.

“Bahwa kita semua merasa dengan dialog kita akhirnya sama-sama tahu, permasalah dibawah itu bisa dicegah sedini mungkin lewat kerjasama antar pemuka agama, masyarakat dan pemerintah,” ujarnya.

Dari workshop ini, masing-masing 5 negara merumuskan 5 langkah di dalam negerinya, dan 2 langkah diusulkan ke tingkat regional baik Asia Selatan maupun Asia Tenggara.

OKI dan KICIID sudah sering menggelar dialog antar agama, seperti Muslim-Kristen, Cina dengan dunia muslim, Hindu dengan Islam. Tema Buddha-Islam sendiri sudah pernah digelar pertama kali di Bangkok.(Hud/Kiblat. Net)