Sejarah di Balik Bulan Syawal
Bulan Syawal adalah bulan kesepuluh dalam penanggalan Hijriyah yang penuh keutamaan dan keistimewaan. Berada tepat dibelakang bulan Ramadhan, kalangan ulama dan fukaha menilai syawal sebagai bulan pelaksanaan konsep Idul Fitri yang bermakna kembali ke fitrah.
Ibnul ‘Allan Asy Syafii mengatakan, “Penamaan bulan Syawal itu diambil dari kalimat Sya-lat al Ibil yang maknanya seekor unta yang mengangkat atau menegakkan ekornya. Syawal dimaknai demikian, karena dulu orang-orang Arab menggantungkan alat-alat perang mereka, disebabkan sudah dekat dengan bulan-bulan haram, yaitu bulan larangan untuk berperang.” (Dalil al Falihin li Syarh Riyadh al Shalihin – karya Muhammad bin ‘Allan al Shiddiqi al Syafii al Maki)
Seusai bulan syawal, orang akan memasuki bulan Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, dan Muharam. Dimana pada tiga bulan ini, tidak dibolehkan terjadinya peperangan.
Banyak orang beranggapan bahwa Syawal adalah bulan peningkatan, dalam arti peningkatan amal dan kebaikan. Akan tetapi, kurang tepat jika dikatakan bahwa sebab mengapa bulan ini dinamakan Syawal adalah karena seusai ramadhan, manusia melakukan peningkatan dalam beramal dan berbuat baik.
Status bulan Syawal kemudian berubah ketika ajaran Islam mulai disemai Rasulullah SAW, budaya dan tradisi jahiliyah itu sirna seiring meluasnya pengaruh Islam di jazirah Arab. Selain itu sejarah awal Islam juga mencatat sejumlah momen penting di bulan Syawal.
Beberapa diantaranya bahkan memiliki pengaruh kuat terhadap keberhasilan pengembangan agama Islam di fase berikutnya, salah satunya adalah perang Uhud yang berlangsung pada 15 Syawal 3 Hijriyah atau Ahad 31 Maret 625M.
Peristiwa penting lainnya adalah terjadinya Perang Bani Qainuqa, disini pasukan kaum muslim yang dipimpin Rasulullah memerangi kaum yahudi lataran mereka memerangi kaum muslim, mereka juga yang pertama menghianati perjanjian yang dibuat kedua belah pihak.
Oleh: Rifki M.Firdaus
(Hud/darussalam.id)
Copyright 2023, All Rights Reserved
Leave Your Comments