Ratusan Warga India-AS di New York Protes Kekerasan Anti-Muslim di Delhi
DARUSSALAM.ID, New York – Ratusan orang India-AS dari berbagai agama berkumpul di luar konsulat India di kota-kota besar Amerika Serikat pada Jumat malam (28/2) memprotes kekerasan baru-baru ini di New Delhi yang telah menewaskan sedikitnya 42 orang, dan melukai ratusan lainnya.
Di luar konsulat India di New York pengunjuk rasa berkumpul meneriakkan “Memalukan!” pada petugas saat mereka mencoba memasuki gedung. Al Jazeera melaporkan, Ahad (1/3).
“Kami kelelahan,” Sana Qutubuddin, seorang aktivis dari Alliance for Justice and Accountability, sebuah koalisi kelompok Asia Selatan yang mengorganisir rapat umum bersama Dewan Muslim AS-India, Inisiatif Solidaritas Asia Selatan, dan Lab Kesetaraan, mengatakan dalam pidatonya.
Organisasi masyarakat sipil lainnya seperti Aliansi Tindakan untuk Orang Asia Selatan, Chicago Against Hindu Fascism dan Bay Area Against Hindu Fascism juga memprotes kekerasan terburuk di New Delhi sejak 1984 itu,
“Saya berada di sini untuk memiliki kesempatan berduka dengan sebuah komunitas yang memahami betapa mengerikan kekerasan genosida yang terjadi di Delhi,” kata Qutubuddin.
“Ini justru terjadi di ruang yang mengakui apa arti momen ini dalam sejarah India modern,” lanjutnya.
Panitia memperkirakan hampir 300 orang ikut aksi tersebut dan meneriakkan slogan-slogan untuk mencabut Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan (CAA), dan menyoroti ideologi “fasis” pemerintah yang dikuasai Partai Modi BJP saat ini yang menargetkan Hindu berkasta rendah dan minoritas agama lain.
Bagi banyak orang India-AS, muncul di protes adalah yang mereka rasa bisa mereka lakukan.
“Saya tumbuh dalam ide idealis India sekuler dan saya benar-benar hancur melihat semua yang saya pikir akan terjadi di India terjadi di bawah pemerintahan Modi,” Ishita Srivastava, salah satu pengunjuk rasa yang telah tinggal di New York selama 12 tahun.
“Berada di sini adalah semua yang bisa saya lakukan,” tambahnya.
“Saya pikir ini adalah kefanatikan yang sangat sistematis dan kekerasan yang didukung oleh Negara. Itu menjadi fakta terburuk masyarakat yang sangat tidak setara,” imbuhnya.
Protes serupa juga berlangsung di San Francisco, Chicago dan Atlanta, diikuti warga berbagai agama.
Sekitar 50 mahasiswa juga berkumpul di Universitas Harvard di Boston, menentang aksi kekerasan di Delhi.
Di Chicago, panitia mengatakan, ikut dalam aksi demo adalah para guru, profesional IT, dan warga termasuk di antara ratusan pengunjuk rasa.
“Para peserta diingatkan bahwa kekerasan yang disahkan negara ini mengingatkan sejarah India, dengan menyebut pembunuhan umat Islam di Gujarat tahun 2002 dan genosida Sikh pada tahun 1984, juga kekerasan yang terjadi pada Dalit,” ujar Jihan, salah satu penyelenggara di San Francisco.
Kekerasan meletus di ibu kota India menyebabkan amukan selama tiga hari, dengan gerombolan pemuda Hindu menyerang rumah, toko dan masjid Muslim.
Pemerintah nasionalis Hindu India yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAA) dimaksudkan untuk membantu minoritas yang dianiaya dari negara-negara tetangga. Namun para kritikus mengatakan undang-undang tersebut yang diskriminatif sebagai dasar pemberian kewarganegaraan, justru bertentangan dengan etos negara tersebut.
CAA yang disahkan Desember lalu telah dibandingkan dengan larangan Muslim oleh Presiden AS Donald Trump karena memblokir naturalisasi bagi Muslim.
Lebih dari 40 orang tewas dalam tindakan keras polisi terhadap aksi damai nasional melawan hukum “anti-Muslim” tersebut.(Hud/Minanews.net)
Copyright 2023, All Rights Reserved
Leave Your Comments