JANGAN REMEHKAN DOA
الحمد لله العزيز الحكيم، إياه نعبد وإياه نستعين، الهادي إلى صراط مستقيم. أشهد أن لا إله إلا الله المالك الحق المبين، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الصادق الوعد الأمين. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين.
أيها المسلمون أو صيكم وإياي نفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون. قال الله تعالى فى القرأن الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ} آل عمران: 102
Kaum muslimin yang dirahmati Allah..
Alhamdulillah pada siang kali ini kita berkumpul dalam sebuah masjid. Karena kita datang memenuhi panggilan Allah dan tengah berkumpul di rumah-Nya, mudah-mudahan yang memuliakan kita adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kemuliaan di dunia dan akhirat.
Inti daripada khutbah jum’at adalah seorang khatib berkewajiban menyampaikan ajakan takwa kepada Allah dengan takwa yang sebenarnya. Dan Ia memesankan bahwa janganlah meninggalkan dunia ini melainkan dalam keadaan islam.
Mudah-mudahan pada waktu dipanggil oleh Allah, kita tetap dalam keadaan iman dan islam sehingga meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah.
Secara bahasa, takwa berarti: takut atau mencegah dari sesuatu yang dibenci dan dilarang. Sedangkan menurut istilah, terdapat pelbagai pengertian mengenai takwa. Ibn Abbas mendefinisikan, taqwa adalah takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu mengerjakan ketaatan kepada-Nya. [Tafsir Ibn Katsir]
Umumnya, para ulama mendefinisikan taqwa sebagai berikut: “Menjaga diri dari perbuatan maksiat, meninggalkan dosa syirik, perbuatan keji dan dosa-dosa besar, serta berperilaku dengan adab-adab syariah.” Singkatnya, “Mengerjakan ketaatan dan menjauhi perbuatan buruk dan keji.” Atau pengertian yang sudah begitu populer, taqwa adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.
Kata takwa sudah amat akrab di telinga kita. Tiap khutbah Jumat sang khatib senantiasa menyerukan pesan takwa. Mudah-mudahan dengan seruan takwa tersebut kita dijadikan sebagai orang-orang Muttaqin oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan memang, jika ingin memperoleh kemuliaan di dunia maupun di akhirat, maka tidak bisa terlepas dari sikap Takwa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
…. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ …. (الحجرات: 13)
“Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”. (Al Hujurat: 13)
Jika mengharapkan rahmat dan barakah Allah dicurahkan dari langit dan dikeluarkan dari bumi, hidup tenang dan tentram, menjadi negara yang disebut alquran sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Gafuur”, kuncinya juga takwa.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (سبأ: 15)
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”. (Saba’: 15)
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ (الأعراف: 96)
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al A’raf: 96)
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari Muslim dikisahkan sebuah peristiwa yang terjadi pada zaman Bani Israil, jauh sebelum diutusnya Rasulullah. Beliau mengisahkannya kepada kita berdasarkan wahyu dari Allah Ta’ala, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
بَيْنَمَا ثَلاَثَةُ نَفَرٍ يَتَمَشَّوْنَ أَخَذَهُمُ الْمَطَرُ فَأَوَوْا إِلَى غَارٍ فِي جَبَلٍ فَانْحَطَّتْ عَلَى فَمِ غَارِهِمْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَانْطَبَقَتْ عَلَيْهِمْ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: انْظُرُوا أَعْمَالاً عَمِلْتُمُوهَا صَالِحَةً لِلهِ فَادْعُوا اللهَ تَعَالَى بِهَا، لَعَلَّ اللهَ يَفْرُجُهَا عَنْكُمْ. فَقَالَ أَحَدُهُمْ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَ لِي وَالِدَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَامْرَأَتِي وَلِي صِبْيَةٌ صِغَارٌ أَرْعَى عَلَيْهِمْ فَإِذَا أَرَحْتُ عَلَيْهِمْ حَلَبْتُ فَبَدَأْتُ بِوَالِدَيَّ فَسَقَيْتُهُمَا قَبْلَ بَنِيَّ، وَأَنَّهُ نَأَى بِي ذَاتَ يَوْمٍ الشَّجَرُ فَلَمْ آتِ حَتَّى أَمْسَيْتُ فَوَجَدْتُهُمَا قَدْ نَامَا فَحَلَبْتُ كَمَا كُنْتُ أَحْلُبُ فَجِئْتُ بِالْحِلاَبِ فَقُمْتُ عِنْدَ رُءُوسِهِمَا أَكْرَهُ أَنْ أُوقِظَهُمَا مِنْ نَوْمِهِمَا وَأَكْرَهُ أَنْ أَسْقِيَ الصِّبْيَةَ قَبْلَهُمَا، وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمَيَّ، فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأْبِي وَدَأْبَهُمْ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا فُرْجَةً نَرَى مِنْهَا السَّمَاءَ. فَفَرَجَ اللهُ مِنْهَا فُرْجَةً فَرَأَوْا مِنْهَا السَّمَاءَ، وَقَالَ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمٍّ أَحْبَبْتُهَا كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ وَطَلَبْتُ إِلَيْهَا نَفْسَهَا فَأَبَتْ حَتَّى آتِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ فَتَعِبْتُ حَتَّى جَمَعْتُ مِائَةَ دِينَارٍ فَجِئْتُهَا بِهَا فَلَمَّا وَقَعْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ: يَا عَبْدَ اللهِ، اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَفْتَحِ الْخَاتَمَ إِلاَ بِحَقِّهِ. فَقُمْتُ عَنْهَا، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا فُرْجَةً. فَفَرَجَ لَهُمْ، وَقَالَ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنِّي كُنْتُ اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقِ أَرُزٍّ فَلَمَّا قَضَى عَمَلَهُ قَالَ: أَعْطِنِي حَقِّي فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ فَرَقَهُ فَرَغِبَ عَنْهُ، فَلَمْ أَزَلْ أَزْرَعُهُ حَتَّى جَمَعْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرِعَاءَهَا، فَجَاءَنِي فَقَالَ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَظْلِمْنِي حَقِّي. قُلْتُ: اذْهَبْ إِلَى تِلْكَ الْبَقَرِ وَرِعَائِهَا فَخُذْهَا. فَقَالَ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَسْتَهْزِئْ بِي. فَقُلْتُ: إِنِّي لاَ أَسْتَهْزِئُ بِكَ، خُذْ ذَلِكَ الْبَقَرَ وَرِعَاءَهَا. فَأَخَذَهُ فَذَهَبَ بِهِ، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مَا بَقِيَ. فَفَرَجَ اللهُ مَا بَقِيَ
Ketika ada tiga orang sedang berjalan, mereka ditimpa oleh hujan. Lalu mereka pun berlindung ke dalam sebuah gua di sebuah gunung. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung itu lalu menutupi mulut gua mereka. Lalu sebagian mereka berkata kepada yang lain: “Perhatikan amalan shalih yang pernah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah dengan amalan itu. Mudah-mudahan Allah menyingkirkan batu itu dari kalian.”
Lalu berkatalah salah seorang dari mereka: “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua ibu bapak yang sudah tua renta, seorang istri, dan anak-anak yang masih kecil, di mana aku menggembalakan ternak untuk mereka. Kalau aku membawa ternak itu pulang ke kandangnya, aku perahkan susu dan aku mulai dengan kedua ibu bapakku, lantas aku beri minum mereka sebelum anak-anakku. Suatu hari, ternak itu membawaku jauh mencari tempat gembalaan. Akhirnya aku tidak pulang kecuali setelah sore, dan aku dapati ibu bapakku telah tertidur. Aku pun memerah susu sebagaimana biasa, lalu aku datang membawa susu tersebut dan berdiri di dekat kepala mereka, dalam keadaan tidak suka membangunkan mereka dari tidur. Aku pun tidak suka memberi minum anak-anakku sebelum mereka (kedua orangtuanya, red.) meminumnya. Anak-anakku sendiri menangis di bawah kakiku meminta minum karena lapar. Seperti itulah keadaanku dan mereka, hingga terbit fajar. Maka kalau Engkau tahu, aku melakukan hal itu karena mengharapkan wajah-Mu, bukakanlah satu celah untuk kami dari batu ini agar kami melihat langit.”
Lalu Allah bukakan satu celah hingga mereka pun melihat langit.
Yang kedua berkata: “Sesungguhnya aku punya sepupu wanita yang aku cintai, sebagaimana layaknya cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita. Aku minta dirinya (melayaniku), tapi dia menolak sampai aku datang kepadanya (menawarkan) seratus dinar. Aku pun semakin payah, akhirnya aku kumpulkan seratus dinar, lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Setelah aku berada di antara kedua kakinya, dia berkata: ‘Wahai hamba Allah. Bertakwalah kepada Allah. Jangan engkau buka tutup (kiasan untuk keperawanannya) kecuali dengan haknya.’ Maka aku pun berdiri meninggalkannya. Kalau Engkau tahu, aku melakukannya adalah karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami satu celah dari batu ini.”
Maka Allah pun membuka satu celah untuk mereka.
Laki-laki ketiga berkata: “Ya Allah, sungguh, aku pernah mengambil sewa seorang buruh, dengan upah satu faraq beras. Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya, dia berkata: ‘Berikan hakku.’ Lalu aku serahkan kepadanya beras tersebut, tapi dia tidak menyukainya. Akhirnya aku pun tetap menanamnya hingga aku kumpulkan dari hasil beras itu seekor sapi dan penggembalanya. Kemudian dia datang kepadaku dan berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan jangan zalimi aku dalam urusan hakku.’
Aku pun berkata: ‘Pergilah, ambil sapi dan penggembalanya.’ Dia berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan mempermainkan saya.’ Aku pun berkata: ‘Ambillah sapi dan penggembalanya itu.’ Akhirnya dia pun membawa sapi dan penggembalanya lalu pergi. Kalau Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa.”
Maka Allah pun membukakan untuk mereka sisa celah yang menutupi. (HR. Bukhari dan Muslim)
Jangan Menganggap Remeh Doa
Doa merupakan suatu ibadah dan salah satu bentuk taqarrub yang paling afdhal yang harus dilakukan oleh seorang Mukmin terhadap Rabb-Nya. Ia juga mengandung makna perlindungan seorang hamba kepada Rabbnya dan bagaimana dia merasakan betapa faqir, hina dina serta lemahnya kekuatan yang ada pada dirinya.
Doa juga merupakan senjata orang beriman. Namun banyak orang berdoa hanya saat dalam keadaan sempit dan terjepit. Sebaliknya ketika senang dan lapang dirinya lupa kepada Allah. Mengaji dianggap sebuah kegiatan yang hampir tidak ada manfaatnya, dirinya tertumpu pada kekuatan, kekayaan dan sebagainya. Tetapi begitu diberikan ujian berupa sakit hingga menginap di rumah sakit. Hidungnya terpasang oksigen, kanan kiri terpasang cairan pengganti yang dibutuhkan tubuhny, dokterpun mengatakan sudah berusaha maksimal, tapi Allah lah yang menentukan. Ketika kita menjenguknya dirinya pun berkata, “tolong doakan saya”. Padahal selama ini dirinya lupa kepada Pencipta-Nya dan lupa kepada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam hal ini, ketiga orang tersebut berlindung kepada Allah Ta’ala dan memohon agar Dia Ta’ala menyelamatkan mereka dari kondisi yang tengah mereka alami (terkurung dalam gua) melalui doa dan tawassul mereka kepadaNya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Rabbmu berfirman, “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Ghâfir: 60)
Dan firmanNya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah: 186)
Mengapa harus berdoa?? Karena harus yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin Allah. Perjalanan hidup ini masih panjang sedangkan Allah Ta’ala adalah Dzat yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji, Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sebagainya.
- Berbakti Kepada Kedua Orangtua
Hadits diatas juga menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orangtua (birr al-Wâlidain), patuh, melakukan kewajiban terhadap hak-hak keduanya dan mengabdikan diri serta menanggung segala kesulitan dan derita demi keduanya. Diantaranya hak-hak keduanya adalah:
melakukan perintah keduanya selama bukan dalam berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala, melayani, membantu dalam bentuk fisik dan materil, berbicara dengan ucapan yang lembut, tidak durhaka serta selalu berdoa untuk keduanya.
Memperbanyak doa untuk keduanya, bersedekah jariyah atas nama keduanya, melaksanakan wasiat, menyambung rahim serta memuliakan rekan-rekan keduanya. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al-Isra’: 23-24)
- Meninggalkan Maksiat Karena Allah
Terlihat dari doa orang kedua dari tiga orang yang terkurung dalam gua tersebut. Dirinya bertawassul kepada Allah melalui perbuatannya yang dianggap paling afdhal dan ikhlas dilakukannya yaitu meninggalkan zina karena Allah.
“Sesungguhnya aku punya sepupu wanita yang aku cintai, sebagaimana layaknya cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita. Aku minta dirinya (melayaniku), tapi dia menolak sampai aku datang kepadanya (menawarkan) seratus dinar. Aku pun semakin payah, akhirnya aku kumpulkan seratus dinar, lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Setelah aku berada di antara kedua kakinya, dia berkata: ‘Wahai hamba Allah. Bertakwalah kepada Allah. Jangan engkau buka tutup (kiasan untuk keperawanannya) kecuali dengan haknya.’ Maka aku pun berdiri meninggalkannya. Kalau Engkau tahu, aku melakukannya adalah karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami satu celah dari batu ini.”
Karena sikapnya yang dapat menjaga dirinya tersebut, dia akhirnya mendapatkan balasan yang baik di dunia, yaitu dengan merenggang dan terbukanya rongga gua dari batu besar yang menutupnya. Sungguh, apa yang berasal dari sisi Allah adalah lebih baik dan abadi.
- Memberikan Hak Pekerja
Bagi setiap majikan hendaklah ia tidak mengakhirkan gaji bawahannya dari waktu yang telah dijanjikan, saat pekerjaan itu sempurna atau di akhir pekerjaan sesuai kesepakatan. Jika disepakati, gaji diberikan setiap bulannya, maka wajib diberikan di akhir bulan. Jika diakhirkan tanpa ada udzur, maka termasuk bertindak zhalim.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam juga memerintahkan memberikan upah sebelum keringat si pekerja kering. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
أَعْطُوا الأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah, shahih)
Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan pemberian gaji setiap bulan.
Pemberian upah ini tetap harus diberikan kepada yang berhak. Hal inilah yang dicontohkan oleh doa orang ketiga meskipun telah berlangsung beberapa lama. Doa orang ketiga tersebut yaitu, “Ya Allah, sungguh, aku pernah mengambil sewa seorang buruh, dengan upah satu faraq beras. Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya, dia berkata: ‘Berikan hakku.’ Lalu aku serahkan kepadanya beras tersebut, tapi dia tidak menyukainya. Akhirnya aku pun tetap menanamnya hingga aku kumpulkan dari hasil beras itu seekor sapi dan penggembalanya. Kemudian dia datang kepadaku (setelah beberapa tahun) dan berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan jangan zalimi aku dalam urusan hakku.’
Aku pun berkata: ‘Pergilah, ambil sapi dan penggembalanya.’ Dia berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan mempermainkan saya.’ Aku pun berkata: ‘Ambillah sapi dan penggembalanya itu.’ Akhirnya dia pun membawa sapi dan penggembalanya lalu pergi. Kalau Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa.”
Maka Allah pun membukakan untuk mereka sisa celah yang menutupi.
Demikianlah diantara pelajaran dan hikmah yang kita perolah dari kisah yang diceritakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Mari kita jalani kehidupan ini dengan ikhlas dan mengharap keridhaan Allah. Oleh karena itu, milikilah amal unggulan yang bisa dijadikan sebagai wasilah untuk bermunajat kepada Allah untuk meminta dilepaskan dari kesulitan yang dihadapi ketika berada dalam situasi seperti kisah di atas. Mudah-mudahan kisah ini memberikan manfaat dan barakah bagi kita semua.
بارك الله لي ولكم في القرآن العزيزونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو الغفور الرحيم
Oleh: Ust. Drs. H. Aseph Aonuddin, M.Si
(Hud/Darussalam.id)
Copyright 2023, All Rights Reserved
Leave Your Comments