Urgensi Muhasabah Bagi Seorang Mukmin
Oleh: Dr. H. Agus Setiawan, Lc. MA
Urgensi Muhasabah
Perintah Allah azza wa jalla
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Sifat Orang Beriman
لَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يَكُوْنَ لِنَفْسِهِ أَشَدُّ مُحَاسَبَةً مِنَ الشَّرِيْكِ الشَّحِيْحِ لِشَرِيْكِهِ
“Tidaklah seorang hamba menjadi bertaqwa sampai dia melakukan muhasabah atas dirinya lebih keras daripada seorang teman kerja yang pelit yang membuat perhitungan dengan temannya”. (Maimun bin Mihran)
Agar Tidak Merugi Pada Hari Kiamat
‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak. Ingatlah keadaan yang genting pada hari kiamat,
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah: 18).”
(Ibnul Mubarak dalam Az-Zuhud)
Selalu Beruntung
Imam Al-Baidhawi ra dalam tafsirnya bahwa seseorang bisa terus berada dalam petunjuk jika rajin mengoreksi amalan-amalan yang telah ia lakukan. (Tafsir Al-Baidhawi, 1:131-132)
Agar Tidak Tertipu
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-A’raf: 182)
Agar Tidak Sombong
Muhammad bin Wasi’ ra berkata,
لَوْ كَانَ لِلذُّنُوْبِ رِيْحٌ مَا قَدَرَ أَحَدٌ أَنْ يَجْلِسَ إِلَيَّ
“Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.” (Muhasabah An-Nafs, hlm. 37)
Mengetahui Nikmat Waktu
Faqih Salim bin Ayyub Ar-Razi adalah seorang Shaleh yang terbiasa mengoreksi dirinya dalam setiap saat. Ia tidak pernah membiarkan waktu tanpa faedah. Kalau seseorang menemuinya pasti akan mendapati Salim Ar-Razi sedang mengisi waktunya dengan menyalin, belajar atau membaca. (Ibnu Asakir)
Teladan Salaf Dalam Muhasabah
Ar-Rabi’ bin Khaitsam
Ar-Rabi` bin Khaitsam, ia menggali lubang seperti kuburan di dalam rumahnya. Setiap kali ia merasa malas beribadah, ia langsung masuk ke dalam lubang tersebut agar selalu ingat bahwa dirinya suatu saat akan menjadi penghuni kubur, sehingga ia bergegas dalam beramal membawa pundi-pundi bekal sebanyak-banyaknya.
Abu Bakar Radiyallahu ‘Anhu
Setelah Abu Bakar ra minum, datanglah pembantunya dan memberi tahu bahwa susu itu merupakan upah yang ia terima ketika dulu ia masih berprofesi sebagai juru ramal (dukun).
Seperti disambar petir di siang bolong Abu Bakar mendengar berita dari pembantunya ini. Beliau berusaha memuntahkan susu dengan sekuat tenaga hingga tidak sadarkan diri. Usai siuman beliau mengatakan, “Seandainya aku harus menebus nyawaku untuk mengeluarkan susu ini, akan kulakukan, karena aku mendengar Rasul telah bersabda, “Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api neraka lebih pantas untuknya.”
Hal yang Perlu Dimuhasabahi
- Pertama: Mengoreksi diri dalam hal wajib, apakah punya kekurangan ataukah tidak?
- Kedua: Mengoreksi diri dalam hal yang haram, apakah masih dilakukan ataukah tidak?
- Ketiga: Mengoreksi diri atas kelalaian yang telah dilakukan. Contoh sibuk dengan permainan dan menonton yang sia-sia.
- Keempat: Mengoreksi diri dalam niat, yaitu bagaimana niat kita dalam beramal, Apakah lillah ataukah lighairillah (niat ikhlas karena Allah ataukah tidak).(HUD/Darussalam.id)
Copyright 2023, All Rights Reserved
Leave Your Comments