Follow us:

Teladan Haji dan Kurban, Mewujudkan Pribadi yang Mampu Mengendalikan Diri

Oleh:  Prof. Dr. K.H. M. Asrorun Ni’am Sholeh, S.Ag., Lc., M.A (Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Fatwa)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر الله أكبر الله أكبر

الحمد لله حاكم الحكَّام، جاعل النور والظلام، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى أمرنا بذبيحة القربان اتباعًا لسيدنا إبراهيم عليه الصلاة والسلام، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدًا عبده ورسوله أفضل الأنام ومصباح الظلام، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه الكرام، صلاة وسلامًا دائمَين متلازمَين على ممرِّ الدهور

والأيام.

أمَّا بعدُ، فيا عباد الله اتَّقوا الله وأطيعوا وكبِّروه تكبيرا. قد قال تعالى : “وأذن في الناس بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق ليشهدوا منافع لهم ويذكروا اسم الله في أيام معلومات على ما رزقهم من بهيمة الأنعام فكلوا منها وأطعموا البائس الفقير”.(الحج: 27 – 29)

وقال النبي: اتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن (رواه الترمذي عن أبي ذر)

Jamaah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia,

Di hari yang suci ini, marilah kita terus tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, komitmen untuk melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.

Allahu Akbar 3x, Hadirin Yang Berbahagia

Di hari raya haji ini, umat Islam seluruh dunia sedang melaksanakan rangkaian puncak ibadah haji, mulai wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, dan berlanjut mabit di Mina. 

Setiap orang yang berhaji harus menjaga diri dari hal-hal yang terlarang, di antaranya rafats, fusuq, dan jidal, sebagaimana dalam firman-Nya di surat al-Baqarah ayat 197:

 الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ 

Artinya: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berdebat di dalam masa mengerjakan haji.” 

Dalam riwayat al-Hakim dijelaskan pendapat Ibnu Abbas, yang dimaksud ayat tersebut adalah:

 الرَّفَثُ : الْجِمَاعُ , وَالْفُسُوقُ : السِّبَابُ ، وَالْجِدَالُ : أَنْ تُمَارِيَ صَاحِبَك حَتَّى تُغْضِبَهُ 

“Rafats adalah bersetubuh atau berhubungan seks, fusuq adalah mencaci, sedangkan jidal adalah mendebat atau berbantahan dengan saudaramu sampai membuatnya marah.” 

Beberapa hal yang termasuk kategori rafats di antaranya perkataan tidak senonoh, pornografi, cabul, senda gurau berlebihan yang menjurus kepada timbulnya nafsu birahi (syahwat). 

Sedangkan yang termasuk kategori fusuq di antaranya perbuatan maksiat, mencaci orang lain, tindakan menyombongkan diri atau takabur, merugikan dan menyakiti orang lain dengan kata-kata maupun perbuatan, bertindak zalim terhadap orang lain, merusak lingkungan, mengambil hak orang lain, berbuat sesuatu yang dapat menodai akidah, mencampuradukkan agama atas nama toleransi, juga termasuk menghasut atau memprovokasi orang lain untuk melakukan kemaksiatan dan kebencian kepada orang lain. 

Adapun yang termasuk dalam kategori jidal antara lain berbantah-bantahan hanya untuk menang sendiri. 

Dalam keseharian kita, tidak jarang hanya karena beda pilihan, kita kemudian berbantah-bantahan, saling hina, menyebarkan informasi yang menyakiti orang lain. Kita senang melihat kelompok yang berbeda dengan kita memperoleh musibah.

Ibadah haji melatih kita untuk mampu mengendalikan diri, tetap berbuat adil meski terhadap kelompok yang tidak kita sukai. Ini juga sejalan dengan firman Allah dalam al-Quran :

“…وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Allahu Akbar 3x, Hadirin Yang Berbahagia

Nabi Muhammad saw, dalam khutbah pada saat wukuf di Arafah menekankan soal pentingnya menjaga kehormatan setiap jiwa dan properti manusia. Pada saat kita menyadari keragaman kita sebagai makhluk, maka kewajiban dan tanggung jawab kita adalah untuk saling mengenal dan meneguhkan persaudaraan. 

Allah mengharamkan pertumpahan darah, saling caci, dan juga saling hina, apapun alasannya. Sabdanya saat khutbah wukuf:

أيها الناس إن دماءكم وأعراضكم حرام عليكم إلى أن تلقوا ربكم كحرمة يومكم هذا في شهركم هذا في بلدكم هذا … ألا هل بلغت اللهم فاشهد.

“Wahai manusia sesungguhnya harta dan kehormatan kalian terhormat sesama kalian hingga kalian berjumpa dengan Rabb kalian, seperti terhormatnya hari ini, pada bulan ini dan di negeri ini-ketahuilah sesungguhnya aku telah sampaikan maka saksikanlah”.

Di tengah perkembangan dunia media sosial (medsos) sebagai buah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seringkali kita terjebak pada penyebaran berita hoax, fitnah, disinformasi, dan berita bohong lain, apalagi di tahun politik 2024 ini. 

Penggunaan media sosial di tengah masyarakat tidak jarang menjadi sarana untuk penyebaran informasi yang tidak benar, hoax¸ fitnah, ghibah, namimah, gosip, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmoni sosial.

Jauh-jauh hari, Allah SWT sudah memerintahkan untuk selalu berbaik sangka (husnuzh zhan) dan mengingatkan kita untuk menjauhi prasangka buruk (su’u al-zhann). Sebagaimana firman-Nya:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ 

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. 

Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang._ (QS Al-Hujurat 49 : 12)

Ayat di atas menegaskan perintah menjauhi prasangka dan larangan ghibah serta mencari-cari kesalahan orang lain. Ini untuk mencegah terjadinya konflik dan rasa permusuhan antar sesama.

Karenanya, setiap kita penting untuk menjaga ucapan dan perbuatan agar jangan sampai menyakiti orang lain, baik individu maupun kelompok, terlebih kepada orang tua dan pemimpin kita. Nabi Muhammad saw mengajarkan dan memerintahkan untuk bertutur kata yang baik dan menjadikannya sebagai salah satu indikator keimanan kepada Allah, sebagaimana sabdanya:

عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فليقل خيرًا أو ليصمت …. ” (رواه البخاري ومسلم(

Dari Abi Hurairah ra dari Rasulullah saw beliau bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.”_ (HR. Bukhari dan Muslim)

Pesan penting idul adha adalah meniscayakan komitmen komunikasi yang baik dan lemah lembut, perang terhadap rafats, fusuq, dan jidal. Idul Adha, dengan semangat ibadah haji serta ibadah kurban harus memancarkan spirit anti hoax, ujaran kebencian, dan senantiasa bermuamalah secara beradab, baik di dunia nyata maupun dunia maya. 

Allahu Akbar 3x, Hadirin Yang Berbahagia

Hari Raya Idul Adha juga ditandai dengan penyembelihan kurban.

Idul Qurban ini mengingatkan kepada kita sebuah kisah besar yang Allah SWT kisahkan di dalam Al-Qur’an. Kisah penyembelihan yang agung, kisah perintah Allah SWT untuk menyembelih anak kesayangannya, anak yang telah ia tunggu bertahun-tahun, Ismail AS. 

Nabi Ibrahim AS menikah sudah cukup lama, bertahun-tahun; namun belum juga dikaruniai seorang anak pun. Beliau telah lama mengidamkan hadirnya seorang anak. 

Beliau tidak putus asa. Usaha dan terus berdoa memohon kepada Allah SWT, hingga kemudian Allah SWT gembirakan Ibrahim dengan kelahiran Ismail, sebagaimana firman-Nya:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ

Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. As-Shaffat: 100 -101)

Kita bisa bayangkan, betapa senang dan cintanya Ibrahim terhadap anak yang ditunggu kehadirannya cukup lama. Beliau melihat Ismail menikmati masa kanak-kanaknya dan menemani kehidupannya dengan tentram dan damai. 

Namun, di tengah rasa cinta kepada anaknya membuncah, Allah SWT perintahkan Ibrahim untuk mengorbankan anak yang dikasihinya, melalui mimpi dalam tidurnya. Sebagaimana bisa kita simak dalam Al-Quran Surat Ash-Shaffat, ayat 102:

 يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ 

“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu”. 

 Beliau pun menyadari bahwa itu adalah perintah dari Allah SWT. Kita bisa membayangkan betapa Nabi Ibrahim tengah diuji Allah SWT. Anak yang telah lama beliau nantikan kehadirannya hingga usia beliau hampir 100 tahun, pada akhirnya harus dikorbankan atas perintah Allah dengan cara disembelihnya sendiri. 

Bagaimanakah sikap Nabi Ibrahim menghadapi perintah tersebut? Nabi Ibrahim adalah seorang rasul. Maka beliau tidak ragu-ragu dalam memahami dan menerima perintah tersebut.

Yang ada pada Nabi Ibrahim AS adalah penerimaan total, keridhaan yang mendalam, ketenangan dan kedamaian yang luar biasa. 

Maka Nabi Ibrahim sebagai orang tua bertanya kepada Ismail bagaimana pendapatnya tentang perintah tersebut sebagaimana dikisahkan dalam bagian ayat berikutnya:

فَانظُرْ مَاذَا تَرَى 

“Maka pikirkan, apa pendapatmu tentang perintah itu” 

Pertanyaan Nabi Ibrahim kepada Ismail ini sebenarnya mengandung pelajaran berharga bahwa seorang ayah atau orang tua tidak ada jeleknya, bahkan sangat bagus, memberikan hak bertanya atau mengemukakan pendapat bagi anak-anaknya berkaitan dengan masa depan mereka. 

Apalagi menyangkut soal hidup dan mati. Dengan kata lain, ini sesungguhnya pelajaran tentang demokrasi atau musyawarah dimana dialog untuk mencapai persepsi yang sama diperlukan untuk meraih tujuan baik yang akan dicapai bersama.

Dengan cara seperti ini tentu keikhlasan untuk menerima sebuah keputusan bisa dicapai dengan baik secara bersama pula. 

Maka tidak mengherankan ketika memberikan jawaban kepada Ibrahim , Ismail menjawab dengan jawaban yang sangat bagus, penuh kesabaran dan keikhlasan sebagai berikut:

  يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. 

Akhirnya, dengan ketaatan kepada Allah SWT yang luar biasa sebagaimana ditunjukkan Nabi Ibrahim dan Ismail, maka Allah berfirman kepada Nabi Ibrahim sebagaimana termaktub dalam Surat As-Shaffat, ayat 104 -105 sebagai berikut:

 وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu; sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang- orang yang berbuat baik”. 

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah hanya menghendaki ketundukan dan penyerahan diri Nabi Ibrahim AS, sehingga tiada lagi tersisa dalam diri beliau kecuali ketaatan kepada Allah. Nabi Ibrahim meyakini tidak ada perintah yang lebih berharga dan lebih tinggi daripada perintah Allah SWT. 

Nabi Ibrahim rela mengorbankan segalanya, termasuk yang paling berharga, yakni Ismail dengan pengorbanan yang penuh keridhaan, ketenangan, kedamaian, dan keyakinan akan kebenaran. Maka, Allah kemudian menebus putra itu, Ismail–dengan seekor hewan sembelihan yang besar. 

Nabi Ibrahim adalah teladan kita, bagaimana beliau mampu mengendalikan diri dari kecintaan duniawi yang membabi buta, menuju kecintaan hakiki dan ketaatan kepada Ilahi. Allah tidak hendak menghinakan manusia dengan cobaan.

Pun tidak ingin menganiaya dengan ujian. Melainkan, Allah menghendaki agar kita bersegera memenuhi panggilan tugas dan kewajiban secara total. 

Allahu Akbar 3x,

Hadirin Yang Berbahagia

Pelajaran berharga dari kisah Ibrahim AS. adalah bahwa untuk mewujudkan anak shaleh harus dimulai dengan upaya kesalehan orang tua. Orang tua yang sholih sebagai salah satu prasyarat mewujudkan anak yang sholih. 

Keberhasilan Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il AS adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah SWT menegaskan:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (al-Mumtahanah: 4)

Nabi Ibrahim AS adalah teladan yang baik bagi mewujudkan keluarga harmonis dan demokratis. Kecintaannya kepada anak yang dinantikan dalam waktu lama, tunduk di atas kecintaan kepada Allah SWT.

Allah SWT memujinya dalam al-Quran. 

Kesabaran, kasih sayang, komitmen untuk saling mendengar, dan menghargai setiap anggota keluarga adalah kunci keharmonisan. 

Pertanyaannya sekarang untuk kita semua adalah siapakah di antara kita yang sejak awal menjadi orangtua sudah berusaha untuk belajar dan berusaha menjadi orangtua yang shaleh? Dapat menjadi guru yang baik bagi anak-anak kita? 

Apakah kita sudah menjadi teladan yang baik bagi anak kita? Kecintaan kepada anak, harta, dan keluarga harus didudukkan dalam kerangka cinta kepada Allah SWT, kecintaan yang mengantarkan kepada ketakwaan, bukan sebaliknya, kecintaan yang menjerumuskan kita kepada kemaksiatan. 

Sebagaimana dijelaskan dalam al-quran:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dan teladan pada sosok Ayah seperti Ibrahim dengan kesabaran dan kemampuannya mendidik dengan cinta ilahy, sosok istri seperti hajar yang gigih dan tabah dalam menghadapi ujian, sosok anak seperti Ismail yang taat dan patuh pada orang tua, mampu mengendalikan diri dari godaan nafsu dan cinta duniawi yang semu, untuk menggapai cinta hakiki atas sinaran ilahi.

بارك الله لي ولكم ونفعنى وإياكم من الآيات والذكر الحكيم وجعلنى وإياكم من العائدين والفائزين والمقبولين والحمد لله رب العالمين. 

Khutbah II

الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا،

لا إله إلا الله الله أكبر

الحمد لله الذي أحلنا هذا اليوم الطعام وحرم علينا فيه الصيام، أشهد أن لا إله إلا الله الملك العلام، وأشهد أن محمدا عبده و رسوله، سيد الأنام. اللهم صل على سيدنا وحبيبنا ومولانا محمد نبي العرب والعجم وعلى أله وأصحابه إلى يوم القيام، 

أما بعد؛

  فيا عباد الله اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون، واعلموا أن يومكم هذا يوم عظيم، فأكثروا من

الصلاة على النبي الكريم،

وقال تعالى:

إن الله و ملائكته يصلون على النبي يأيها الذين أمنوا صلوا عليه و سلموا تسليما”

اللهم صل على سيد المرسلين وعلى أله وأصحابه والتابعين و تابعي التابعين و تابعيهم بإحسان إلى يوم الدين وارحمنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين

اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات

تَحَصَّنَّا بِذي الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ وَاعْتَصَمْنَا بِرَبِّ الْمَلَكُوْتِ وَتَوَكَّلْنَا عَلىَ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوْتُ ,اللهُمَّ اصْرِفْ عَنَّا هَذَا الْوَبَاءَ وَقِنَا شَرَّ الدَّاءِ بِلُطْفِكَ ياَلطِيْفُ يَاخَبِيْرُإِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ.عباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان و إيتاء ذي القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم و اشكرواه على نعمه يزدكم واسألواه من فضله يعطكم و لذكر الله أكبر

و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

(UYR/MUI)

Share This:
Tags: , ,

Leave Your Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright 2023, All Rights Reserved