MEWASPADAI FITNAH KELUARNYA DAJJAL
Kita awali dengan sebuah hadits shahih, dari Abu Umamah Radhiallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda 15 abad lalu,
يآأيُّهَا النّاسُ! إِنَّها لَمْ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ مُنْذُ ذَرَأَ اللَّهُ ذُرِّيَّةَ آدَمَ أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْ نَبِيًّا إِلَّا حَذَّرَ أُمَّتَهُ الدَّجَّالَ وَأَنَا آخِرُ الْأَنْبِيَاءِ وَأَنْتُمْ آخِرُ الْأُمَمِ وَهُوَ خَارِجٌ فِيكُمْ لَا مَحَالَةَ
“Wahai sekalian manusia, sungguh tidak ada fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal di muka bumi ini semenjak Allah menciptakan anak cucu Adam. Tidak ada satu Nabi pun yang diutus oleh Allah melainkan ia akan memperingatkan kepada umatnya mengenai fitnah Dajjal. Sedangkan Aku adalah Nabi yang paling terakhir dan kalian juga ummat yang paling terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Dajjal akan muncul di tengah-tengah kalian.” (Dikeluarkan dalam Shahih Al Jaami’ Ash Shaghir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Fitnah dalam bahasa Indonesia berarti tuduhan tanpa bukti. Namun menurut alquran atau hadits maknanya lebih luas yaitu fitnah bisa berarti kekufuran, kemusyrikan bahwa fitnah bisa bermaksud sebuah ujian. Dan pada hakekatnya kita hidup di dunia ini pasti mengalami ujian demi ujian, apalagi kita mengaku beriman. Kenapa? Karena Allah Ta’ala ingin menyingkap keaslian orang yang mengaku beriman, apakah imannya jujur atau dusta dengan adanya ujian. Allah Ta’ala berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (العنكبوت: 2)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al Ankabut: 2)
Makhluk Seperti Apakah Dajjal Itu?
Makhluk seperti apakah Ad-Dajjal itu? Pertanyaan ini tidak mungkin dijawab dengan sekedar mengandalkan akal atau perasaan. Karena persoalan Ad-Dajjal termasuk perkara ilmu ghaib. Sedangkan di dalam aqidah Islam, kita meyakini bahwa untuk menjelaskan perkara ghaib kita wajib merujuk kepada ayat Al-Qur’an atau Hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanya Allah subhaanahu wa ta’aala Yang Maha Tahu perkara-perkara ghaib. Kalaupun selain Allah maka dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diizinkan Allah mengetahui perkara yang ghaib. Kita tidak boleh berbicara tentang perkara ghaib hanya berdasarkan spekulasi sembarang manusia. Demikianlah Allah subhaanahu wa ta’aala tegaskan di dalam Kitab-Nya:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا إِلا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ
“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (QS Al-Jin ayat 26-27)
Dalam sebuah hadist shahih yang panjang riwayat Imam Muslim, dijelaskan bahwa pada zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallamada seorang pelaut Nasrani asal Palestina bernama Tamim Ad-Dari. Dalam suatu pelayaran, Tamim Ad-Dari berlayar bersama tigapuluh awak kapal yang seluruhnya adalah orang-orang dari suku Lakham dan Judzam, namun kapalnya diterpa ombak badai selama satu bulan penuh.Akhirnya mereka terdampar di sebuah pulau kecil yang terletak di antara gugusan pulau-pulau kecil lainnya. Di pulau tersebut Tamim Ad-Dari mendapati suatu biara yang di dalamnya ada seorang lelaki yang sangat besar. Lelaki itu adalah orang terbesar dan paling kuat yang pernah dia lihat. Tangannya terbelenggu di leher sedangkan lututnya terbelenggu dengan besi hingga mata kakinya. Ternyata lelaki itu adalah Al-Masih Ad-Dajjal.
Kelengkapan haditsnya adalah sebagai berikut:
Dari Fathimah binti Qais berkata, ”Aku mendengar suara seruan dari muadzin Rasulullah untuk melaksanakan shalat maka aku pun berangkat ke masjid dan shalat bersama Rasulullah. Aku shalat di shaff para wanita dibelakang kaum laki-laki. Ketika shalat sudah selesai, Rasulullah duduk diatas mimbar sambil tersenyum beliau bersabda,”Demi Allah sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukanlah untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad Dari yang dahulunya seorang laki-laki pemeluk agama Nasranai kini telah memeluk islam dan membaiatku.
Ia telah berkata kepadaku dengan suatu perkataan yang pernah aku katakan kepada kalian tentang al Masih Ad Dajjal. Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 orang laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak (badai) selama satu bulan. Hingga mereka terdampar di sebuah pulau ditengah laut didaerah tempat terbenamnya matahari, Lalu mereka duduk (istirahat) di suatu tempat yang terletak sangat dekat dengan kapal.
Setelah itu mereka masuk kedalam pulau tersebut lalu mereka bertemu dengan seekor binatang yang berbulu lebat sehingga mereka tidak dapat memperkirakan mana ekornya dan mana kepalanya karena tertutup oleh bulunya yang terlalu banyak.
Mereka berkata, ”Celaka, dari jenis apakah kamu ini.” Ia menjawab, ”Saya adalah al jassasah. Mereka bertanya,”Apakah al jassasah itu? (tanpa menjawab) ia berkata,”Wahai orang-orang pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita dari kalian!”
Tamim ad Dari berkata, ”Katika ia telah menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami pun terkejut karena kami mengira bahwa ia adalah setan. Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki biara tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar (yang pernah kami lihat) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke pundaknya serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu dengan besi.
Kami berkata, ”Celaka, siapakah kamu ini?’ ia menjawab, ”Takdir telah menentukan bahwa kalian akan menyampaikan kabar-kabar kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?’ Mereka menjawab,”Kami adalah orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami menghadapi sebuah laut yang berguncang lalu kami terombang-ambing di tengah laut selama satu bulan dan teradamparlah kami di pulau ini. Lalu kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal kemudian kami masuk pulau ini maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya karena banyak bulunya. Maka kami berkata, ’Celaka, apakah kamu ini?’ ia menjawab, ”Aku adalah al jassasah.’ (Tanpa menjawab) ia berkata, ”Pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita yang kalian bawa! Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut bercampur takut karena mengira bahwa kamu ini adalah setan.”
Ia (laki-laki besar yang terikat itu) berkata, ”Beritakanlah kepada saya tentang pohon-pohon korma yang ada didaerah Baisan?” Kami berkata, ”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?” Ia berkata, ”Saya menanyakan apakah pohon-pohon korma itu berbuah?’ Kami menjawab, ’Ya.’ Ia berkata, ’Adapun pohon-pohon korma itu maka ia (sebentar lagi) hampir saja tidak akan berbuah lagi.’
Kemudian ia berkata lagi, ”Beritakanlah kepadaku tentang danau Tiberia.’ Mereka berkata,”Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya? Ia bertanya, ”Apakah ia tetap berair?’ kami menjawab, ’Ya.’ Ia berkata, ’adapun airnya, maka ia (sebentar lagi) hampir saja akan habis.’
Kemudian ia berkata lagi, ’Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zugar.’ Mereka menjawab, ’Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?’ Ia bertanya, ”Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar itu?’ Kami menjawab, ’benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air itu.’
Lalu ia berkata lagi, ’Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi, apa sajakah yang sudah ia perbuat?’ Mereka menjawab, ’Dia telah keluar dari Mekah menuju Madinah.’ Lalu ia bertanya, ’Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?’ kami menjawab, ’Ya.’ Ia bertanya, ’Apakah yang ia lakukan terhadap mereka?’ Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa ia (Nabi) itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya dan mereka menaatinya.’ Lalu ia berkata, ’Apakah itu semua telah terjadi?’ kami menjawab, ’Ya.’ Ia berkata, ’Sesungguhnya adalah lebih baik bagi mereka untuk menaatinya dan sungguh aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah Al- Masiihuddajal dan sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Maka aku akan keluar dan berjalan di muka bumi dan tidak ada satu pun kampung (negeri) kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Mekah dan Thaibah, kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan disetiap celahnya terdapat malaikat yang menjaganya.
Ia (Fathimah, si perawi hadits) berkata, ”Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda sambil menghentakkan tongkatnya diatas mimbar, ”Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku sudah menyampaikan kepada kalian tentang hal itu?’ Orang-orang (para sahabat) menjawab, ”Benar.’ Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam berkata, ’Saya tertarik dengan apa-apa yang dikatakan oleh Tamim ad Dari, karena ia bersesuaian dengan apa-apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Mekkah. Bukankah ia (tempat dajal) terletak di laut Syam atau laut Yaman? Dimana Rasulullah saw mengisyaratkan tangannya kearah timur. Ia (Fathimah) berkata,”Hal ini saya hafalkan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.” (HR. Muslim)
Diantara Ke-Luar Biasaan Dajjal
Berdasarkan hadits Tamim Ad-Dari, kita dapat menyimpulkan bahwa Ad-Dajjal adalah ‘insan’ alias manusia yang termasuk Bani Adam (anak-keturunan Nabi Adam Alaihis-salaam). Ketika Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menyimak penuturan dan kesaksian Tamim Ad-Dari bahwa Ad-Dajjal merupakan ‘insan’, maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak mengingkarinya.
Namun Ad-Dajjal bukan manusia biasa sebagaimana manusia pada umumnya. Ad-Dajjal memiliki beberapa ke-luar biasa-an, diantaranya sebagai berikut:
(1) Tamim Ad- Dari menyebutnya dengan ungkapan أعظمُ إِنسان مَا رَأَيْنَاهُ قطُّ خَلْقاً ”manusia terbesar penciptaannya yang pernah kami lihat.”
(2) Selain itu, keluar-biasaan lainnya ialah bahwa Ad-Dajjal berumur sangat panjang. Sebab sejak zaman Nabi dan para sahabat, Ad-Dajjal sudah ada, walaupun keberadaan persisnya tidak kita ketahui. Kita hanya tahu bahwa Ad-Dajjal berada di sebuah biara di sebuah pulau kecil dalam keadaan terikat. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak menunjuk secara detil lokasi keberadaan pulau tersebut. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata: “Ketahuilah, sesungguhnya Ad-Dajjal ada di lautan Syam atau Yaman. Tidak, tapi dari arah timur. Ia berada di arah timur, ia berada di arah timur. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjukkan tangannya ke arah timur.”
(3) Termasuk ke-luar biasa-an Ad-Dajjal lainnya ialah bahwa ia diizinkan Allah subhaanahu wa ta’aala memprediksi apa yang akan terjadi terhadap kurma Baisan dan Danau Tiberias. Ad-Dajjal memang merupakan fitnah (ujian) paling dahsyat. Dan salah satu ujiannya ialah bahwa Allah memberikannya kesanggupan untuk mengetahui bahwa suatu ketika kurma Baisan hampir tidak akan membuahkan lagi serta air Danau Tiberias hampir akan habis. Padahal kedua hal tersebut baru mulai menjadi kenyataan pada masa kehidupan kita belakangan ini. Bagi orang-orang beriman, kesanggupan Ad-Dajjal memprediksi dua hal tersebut justeru semakin menunjukkan ke-Maha-Kuasa-an Allah subhaanahu wa Ta’ala. Namun bagi orang-orang kafir, musyrik dan munafik, maka hal ini malah menyebabkan mereka semakin tenggelam dalam tipu-daya sang pendusta Ad-Dajjal.
Perlu diketahui, wilayah Baisan (Beit She’an menurut kaum yahudi Israel) dahulu adalah sebuah wilayah yang subur dengan tanaman kurma yang sangat banyak dan berbuah cukup lebat. Baisan berada di Palestina di Al-Ghaur utara berdekatan dengan sungai Jalut. Israel sering menjadikan Baisan sebagai target sasaran serangan, sehingga menyebabkan hancurnya banyak perkebunan kurma di Baisan. Sebagian pohon kurma mati sedangkan sebagian lainnya terganggu pertumbuhannya disebabkan oleh hama sehingga buah yang dihasilkan sangat sedikit. Baisan sendiri saat ini dalam kekuasaan Israel dan lebih banyak difungsikan sebagai tempat pariwisata, yang secara otomatis menyebabkan sektor wisata lebih diutamakkan daripada sektor pertanian dengan tanaman kurmanya. Kondisi tersebut tentu menyebabkan kurma sudah tidak mudah lagi ditemukan di Baisan, mungkin hal inilah yang diisyaratkan oleh Ad-Dajjal dengan perkataannya “Ketahuilah, ia hampir tidak membuahkan lagi.”
Sedangkan kondisi danau Tiberias dapat kita temukan dengan membuka sebuah website dengan alamat www.savethekinneret.com. Kinneret merupakan nama danau Tiberias dalam bahasa Ibrani. Dalam sebuah situs yang dibuat oleh pemerintah Israel tersebut, mereka melaporkan secara berkala level permukaan air danau Tiberias atau Kinneret. Ini merupakan website pemerintah Zionis Israel yang memperingatkan warganya agar menghemat penggunaan air. Peringatan ini didasarkan pada kenyataan bahwa level permukaan air danau Tiberias telah sedemikian turunnya sehingga sempat menyentuh garis hitam dalam grafiknya.
“The Kinneret, Israel’s major reservoir of fresh water, is drying up! Many years of below-average rainfall have led the water level to dip to the ‘black line.’” (Danau Tiberias, sumber utama air bersih Israel, sedang mengering! Tahun demi tahun curah hujan di bawah rata-rata telah mengantarkan batas permukaan airnya menyentuh ‘garis hitam’.)
Berdasarkan grafik di atas, bila level permukaan air danau Tiberias menyentuh garis merah atas (upper red line) itu merupakan peringatan awal bahwa air danau Tiberias sudah menipis. Bila level permukaan airnya menyentuh garis merah bawah (lower red line) berarti ini pertanda bahwa air danau sudah sangat menipis. Sedangkan jika level permukaan airnya menyentuh garis hitam (black line) itu pertanda bahwa air danau Tiberias sudah mengering. Grafik di atas memperlihatkan pasang-surutnya level permukaan air danau Tiberias sejak juni 2007 hingga april 2014. Selama 7 tahun belakangan ini level permukaan air danau Tiberias selalu berada di bawah garis merah atas yang berarti airnya sudah menipis. Bahkan pada bulan desember 2008 ia sempat menyentuh garis hitam yang berarti airnya sempat mengering! Mungkin hal inilah yang diisyaratkan oleh Ad-Dajjal dengan perkataannya “Ketahuilah, airnya hampir akan habis”.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan bahwa salah satu indikasi akan keluarnya Ad-Dajjal bilamana kebanyakan manusia menjadi heran dengan perkara fitnah Ad-Dajjal dan bahkan para imam-imam atau pemuka agama meninggalkan kewajiban memperingatkan ummat mengenai fitnah Ad-Dajjal dari atas mimbar da’wah. Sejujurnya, kondisi dunia modern saat ini adalah seperti demikian. Wallahu a’lam.
عَنْ رَاشِدِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ : لَمَّا فُتِحَتْ إِصْطَخْرُ إِذَا مُنَادٍ يُنَادِي : أَلَا إِنَّ الدَّجَّالَ قَدْ خَرَجَ . قَالَ : فَلَقِيَهُمُ الصَّعْبُ بْنُ جَثَّامَةَ فَقَالَ : لَوْلَا مَا تَقُولُونَ لَأَخْبَرْتُكُمْ أَنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُولُ : ” لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ ، وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ ”
Dari Rasyid bin Sa’ad berkata, “ketika bumi Ishthakhr telah ditaklukan, ada orang yang berseru: “ketahuilah, sesungguhnya Dajjal telah muncul! Rasyid bin Sa’ad kemudian berkata, “Kemudian Ash Sha’b bin Jutsamah menemui mereka. Kemudian Rasyid bin Sa’ad berkata: “karena ucapan kalian, maka aku beritahukan kepada kalian bahwa aku telah mendengengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam meninggalkan untuk mengingatnya di atas mimbar-mimbar”. (HR. Ahmad)
ﻳَﺠِﻲءُ ﺍﻟﺪَّﺟَّﺎﻝُ ﻓَﻴَﺼْﻌَﺪُ ﺃُﺣُﺪًﺍ ﻓَﻴَﻨْﻆُﺮُ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔَ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻷَِﺻْﺤَﺎﺑِﻪ، ﺃَﺗَﺮَﻭْﻥَ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻘَﺼْﺮَ ﺍﻷَْﺑْﻴَﺾَ ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺴْﺠِﺪُ ﺃَﺣْﻤَﺪَ
“Saat keluarnya Ad-Dajjal, lalu ia menaiki gunung Uhud sehingga dia pun melihat (ke arah) kota Madinah. Ia pun berkata kepada para pengikutnya, ‘Tidakkah kalian melihat Istana Putih itu? Itulah Masjidnya Ahmad.” (HR Ahmad, Al-Hakim – Shahih)
Ketika Ad-Dajjal sudah keluar dia akan berupaya untuk memasuki kota Madinah namun ia tidak dapat melakukannya. Sehingga ia akan mendaki gunung Uhud di luar kota Madinah kemudian dia akan menunjuk ke arah Masjid Nabawy dan berkata kepada para pengikutnya apakah mereka melihat Masjid Ahmad yang berpenampilan seperti Istana Putih.
Apa yang menarik dari hadits ini? Pada saat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengucapkan hadits tersebut, Masjid Nabawy masih sangat sederhana karena hanya terbuat dari lumpur basah berwarna kecoklatan dan batu bata. Sedangkan dewasa ini Masjid Nabawy telah direnovasi menjadi sangat besar dan tampak indah seperti sebuah istana putih.
Dahulu Rasulullah ikut membangunnya dengan tangannya sendiri, bersama-sama dengan para shahabat dan kaum muslimin. Tembok di keempat sisi masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah, sedangkan atapnya dari daun kurma dengan tiang-tiang penopangnya dari batang kurma. Sebagian atapnya dibiarkan terbuka begitu saja. Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari. Hanya di waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.
Kemudian melekat pada salah satu sisi masjid, dibangun kediaman Nabi. Kediaman Nabi ini tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya, hanya tentu saja lebih tertutup. Selain itu ada pula bagian yang digunakan sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki rumah. Belakangan, orang-orang ini dikenal sebagai ahlussufah atau para penghuni teras masjid.
Melalui hadits di atas seolah Nabi hendak mengatakan bahwa Ad-Dajjal tidak akan keluar sebelum Masjid Nabawy penampilannya seperti sebuah istana Putih. Dan hal itu telah mewujud dewasa ini…!
Dajjal Tidak Bisa Memasuki Kota Madinah Yang Memiliki Tujuh Pintu Gerbang
ﻻَ ﻳَﺪْﺧُﻞُ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔَ ﺭُﻋْﺐُ ﺍﻟْﻤَﺴِﻴﺢِ ﺍﻟﺪَّﺟَّﺎﻝِ، ﻟَﻬَﺎ ﻳَﻮْﻣَﺌِﺬٍ ﺳَﺒْﻌَﺔُ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏٍ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺑَﺎﺏٍ ﻣَﻠَﻜَﺎﻥِ
“Al-Masih Ad-Dajjal yang ditakuti tidak akan dapat memasuki kota Madinah. Pada hari itu Madinah memiliki tujuh pintu yang setiap pintunya akan ada dua malaikat (yang menjaganya)”. (HR. Bukhari – Shahih)
Dahulu kala bila orang hendak memasuki kota Madinah ia dapat memasukinya dari arah mana saja. Baik berjalan kaki, mengendarai onta, keledai maupun kuda. Namun dewasa ini telah dibangun tujuh jalan besar dengan tujuh jalur masuk ke dalam kota Madinah. Jika kita lihat peta kota Madinah dewasa ini kita akan dapati adanya tujuh jalan utama menuju ke dalamnya. Jalan-jalan tersebut membentang dari arah Jeddah, Rabigh, Mekkah, Tabuk, bandara dan dua lagi dari wilayah di sekitar Madinah. Melalui hadits di atas seolah Nabi hendak mengatakan bahwa Ad-Dajjal tidak akan keluar sebelum kota Madinah memiliki tujuh pintu gerbang (tujuh jalan utama) untuk memasukinya. Dan hal itu telah mewujud dewasa ini!
Dajjal Buta Salah Satu Matanya (Mata Kiri)
عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الْأَعْوَرَ الْكَذَّابَ أَلَا إِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ وَمَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، ك ف ر
Dari Qatadah, beliau mendengar daripada Anas bin Malik bahawa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda; “Tidak seorang nabi kecuali ia telah memperingatkan kaumnya terhadap sang pendusta yang buta sebelah mata. Ketahuilah bahwa Dajjal itu buta sebelah matanya sedangkan Tuhanmu tidak buta sebelah mata dan di antara kedua matanya tertulis “kaaf”, “faa”, “raa”. (HR. Muslim)
Semenjak diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sejarah telah mencatat bermunculannya para pendusta. Di antaranya ada Musailamah Al-Kadzdzab sang nabi palsu, Abdullah bin Saba sang pelopor pembuat agama sesat syi’ah, Mirza Ghulam Ahmad sang nabi agama Ahmadiyyah dan lain-lain. Sebab itu, sebelum Dajjal keluar, marilah kita menjaga iman.
Maraknya Penggunaan Simbol Mata Sebelah
Nabi Muhammad menegaskan bahwa Ad-Dajjal memiliki sifat khusus yaitu a’war alias bermata sebelah.
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ إِنِّي لَأُنْذِرُكُمُوهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ وَلَكِنِّي سَأَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلًا لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ إِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam berdiri di tengah-tengah para sahabat lantas memuji Allah dengan pujian selayaknya bagi-Nya, kemudian beliau menyebut-nyebut soal Ad-Dajjal dan mengatakan; “Sungguh saya mengingatkan kalian tentang Ad-Dajjal, dan tidak ada seorang pun Nabi melainkan telah mengingatkan kaumnya tentang Ad-Dajjal, dan akan saya jelaskan kepada kalian tentangnya suatu hal yang belum pernah dijelaskan oleh seorang Nabipun kepada kaumnya. Sesungguhnya Ad-Dajjal itu bermata sebelah sedang Allah tidak bermata sebelah.” (HR Bukhari – Shahih)
Jika kita perhatikan di zaman modern ini kita jumpai begitu banyak fihak yang menggunakan mata sebelah sebagai simbol atau icon atau isyarat.
Di antaranya pada lembar uang pecahan satu dollar Amerika Serikat. Kita jumpai adanya mata sebelah pada symbol the great seal (materai yang mulia) diletakkan di atas gambar piramida yang terpotong bagian puncaknya. Demikian pula kita temukan simbol mata sebelah di jembatan masyhur kota Sydney, Australia. Bahkan pada karakter-karakter film kartun atau animasi anak-anak. Dan yang mungkin mengejutkan bagi beberapa orang ialah fakta bahwa Bundaran Hotel Indonesia (HI) jika dilihat dari atas juga berbentuk mata sebelah..!
Masih banyak lagi kita temukan penggunaan symbol mata sebelah sebagai icon atau bentuk yang dipilih. Misalnya kita dapati banyak artis dan bintang film Hollywood jika berpose untuk diambil fotonya mereka sengaja menutup sebelah matanya. Termasuk seorang model papan atas dunia bernama Noami Campbell memiliki sebuah rumah pribadi di sebuah pulau pribadi di Mediteranian Sea (Laut Mediterania) yang berbentuk sebuah mata sebelah. Bahkan yang tidak kalah mengejutkannya, symbol lencana kepolisian Kerajaan Arab Saudi juga mangambil bentuk mata sebelah..!
Tentu tidaklah bijak bila kita langsung berkesimpulan dan memukul rata bahwa semua yang menggunakan symbol mata sebelah pasti berarti dia pendukung Ad-Dajjal. Tetapi fakta bahwa symbol mata sebelah banyak digunakan di era modern tentunya mengindikasikan betapa sudah populernya symbol tersebut. Dengan demikian, gejala ini perlu menimbulkan kewaspadaan pada diri kaum mu’minin yang hidup di era tersosialisasinya symbol a’war tersebut.
Beberapa Bentuk Fitnah Yang Dibawa Oleh Ad-Dajjal
Mengingat bahwa Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam menyebut Ad-Dajjal sebagai fitnah paling dahsyat, maka sudah semestinya kita bertanya seperti apakah bentuk-bentuk fitnah yang akan dibawa oleh Ad-Dajjal? Hal ini menjadi sangat penting agar kita selaku orang beriman dapat mengantisipasi dan mempersiapkan diri menghadapi berbagai fitnah itu.
Berdasarkan berbagai hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, kita dapat memahami bahwa di antara fitnah yang menyertai keluarnya Ad-Dajjal ialah:
- Ad-Dajjal Akan Mengaku Sebagai Rabb
ويقول أنا ربكم فمن قال ربي الله فلا فتنة عليه ومن قال أنت ربي فقد افتتن
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “… dan ia (Dajjal) berkata: “Aku adalah Rabb kalian”. Barangsiapa berkata: “Rabbku Allah,” maka ia tidak akan terfitnah olehnya (Ad-Dajjal), sedang siapa yang berkata: “Engkau (Dajjal) Rabbku,” sungguh ia telah terkena fitnahnya (Ad-Dajjal)”. (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir dan Al-Ausath – Shahih)
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa ketika Ad-Dajjal keluar ia akan mendeklarasikan bahwa dirinya adalah Rabb ummat manusia. Padahal, kata Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, manusia tidak mungkin melihat Rabb mereka selagi masih hidup di dunia. Manusia hanya akan diizinkan melihat Allah di hari Berbangkit sesudah mereka meninggalkan dunia fana ini. Jangankan manusia biasa pada umumnya. Sedangkan seorang Nabiyullah Musa ‘alaihis salam saja tidak sanggup melihat Allah ketika masih hidup di dunia.
وَلَمَّا جَاءَ مُوسَى لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَنْ تَرَانِي وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُ فَسَوْفَ تَرَانِي فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabbnya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Rabbku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Allah berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. (QS. Al-A’raaf: 143)
Mengapa manusia nanti bisa sampai percaya bahwa Ad-Dajjal merupakan Rabb? Karena Ad-Dajjal diizinkan Allah melakukan banyak keluar-biasaan yang menakjubkan. Di antaranya Ad-Dajjal bakal membawa surga dan nerakanya sendiri. Ad-Dajjal bakal berkolaborasi dengan syetan dari kalangan jin. Dan Ad-Dajjal bakal melakukan atraksi dimana Allah izinkan Ad-Dajjal sanggup menghidupkan kembali orang yang sudah dia bunuh.
Barangkali ada yang bertanya: “Mungkinkah ada orang yang sedemikian bodohnya sehingga mau meyakini sesama manusia sebagai Rabb?” Jawabnya: Mengapa tidak mungkin? Di zaman kita saat ini, ketika fitnah paling dahsyat Ad-Dajjal saja belum keluar, sudah ada manusia yang diperlakukan layaknya Rabb. Siapakah dia? Dialah pemimpin rakyat syiah-nushairiyyah Suriah, yaitu presiden Bashar Assad. Ramai beredar gambar di internet yang memperlihatkan bagaimana dengan khusyuknya rakyat Suriah yang beragama syiah-nushairiyyah ramai-ramai bersujud kepada poster raksasa Bashar Assad. Mereka memperlakukan presiden Suriah layaknya Rabb.
Padahal ini baru menghadapi fitnah seorang thaghut Bashar Assad, manusia sudah sedemikian rupa meyakininya sebagai Rabb. Bagaimana lagi jika yang dihadapi adalah puncak fitnah sekaligus thaghut yang paling canggih tipu-dayanya, yaitu Al-Masih Ad-Dajjal..!?
- Memiliki Surga Dan Neraka Sendiri
أَلَا أُخْبِرُكُمْ عَنْ الدَّجَّالِ حَدِيثًا مَا حَدَّثَهُ نَبِيٌّ قَوْمَهُ إِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّهُ يَجِيءُ مَعَهُ مِثْلُ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَالَّتِي يَقُولُ إِنَّهَا الْجَنَّةُ هِيَ النَّارُ وَإِنِّي أَنْذَرْتُكُمْ بِهِ كَمَا أَنْذَرَ بِهِ نُوحٌ قَوْمَهُ
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian suatu hal mengenai Ad-Dajjal? Suatu hal yang belum pernah dikabarkan oleh seorang Nabipun kepada kaumnya: Sesungguhnya ia (Dajjal) itu buta sebelah matanya, dia (Dajjal) datang dengan sesuatu seperti surga dan neraka. Yang dikatakannya surga berarti itu adalah neraka. Dan sungguh aku memperingatkannya atas kalian sebagaimana Nabi Nuh memperingatkannya atas kaumnya.” (HR. Muslim – Shahih)
وإن من فتنته أن معه جنة ونارا فناره جنة، وجنته نار فمن ابتلي بناره فليستغث بالله
“Di antara fitnah-fitnah (Ad-Dajjal) adalah, bahwa bersamanya ada surga dan neraka. Padahal sesungguhnya nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka. Barangsiapa mendapatkan cobaan dengan nerakanya, hendaklah ia berlindung kepada Allah”. (HR. Ibnu Khuzaimah – Shahih)
Untuk mendukung claim (pengakuan) dirinya sebagai Rabb, maka Ad-Dajjal akan tampil dengan membawa ‘surga’ dan ‘nerakanya’ sendiri. Nabi Muhammad menyuruh ummatnya agar waspada. Sebab yang dikatakan Ad-Dajjal merupakan ‘surganya’, justeru merupakan neraka Allah. Barangsiapa yang mau mempercayai bahwa Ad-Dajjal adalah Rabbnya, maka orang itu akan diberi ‘surga’ Ad-Dajjal. Sebaliknya, barangsiapa yang mengingkari bahwa Ad-Dajjal sebagai Rabb, maka orang itu akan dibuat ‘menderita’ dengan ‘neraka’ Dajjal.
Dalam salah satu hadits, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan bahwa ketika Ad-Dajjal melintasi suatu perkampungan yang penduduknya mau mengimani Ad-Dajjal sebagai Rabb, maka Ad-Dajjal akan membuat senang kaum itu dengan memerintahkan langit dan bumi agar mendatangkan kesuburan kepada kampung itu sehingga hewan ternaknya menjadi gemuk. Sebaliknya, ketika Ad-Dajjal melintasi suatu perkampungan yang penduduknya mengingkari Ad-Dajjal sebagai Rabb, maka kaum itu dibuat menderita dalam kemiskinan.
فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ فَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَالْأَرْضَ فَتُنْبِتُ فَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ سَارِحَتُهُمْ أَطْوَلَ مَا كَانَتْ ذُرًا وَأَسْبَغَهُ ضُرُوعًا وَأَمَدَّهُ خَوَاصِرَ ثُمَّ يَأْتِي الْقَوْمَ فَيَدْعُوهُمْ فَيَرُدُّونَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ فَيَنْصَرِفُ عَنْهُمْ فَيُصْبِحُونَ مُمْحِلِينَ لَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ شَيْءٌ مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Dia (Dajjal) mendatangi suatu kaum lalu mengajak mereka, maka merekapun beriman kepadanya (Dajjal) dan menerima ajakannya (Dajjal). Lantas dia (Dajjal) memerintahkan langit agar menurunkan hujan, lalu langitpun menurunkan hujan, ia memerintahkan bumi maka bumi menumbuhkan tanaman, memerintahkan hewan ternak lalu hewan-hewan itupun pulang sendiri pada waktu sore kepada kaum itu dalam keadaan paling panjang punuknya (penuh berisi lemak), paling penuh air susunya di dalam ambingnya, dan paling penuh perutnya serta banyak makanannya. Kemudian dia (Dajjal) mendatangi suatu kaum dan menyeru mereka namun kaum itu mendustakan ajakan dan ucapannya (Dajjal), lantas dia (Dajjal) berpaling dari mereka. Maka merekapun menjadi orang-orang yang miskin papa karena sangat kekurangan, tidak mempunyai harta sedikitpun.” (HR Muslim – Shahih)
- Berkolaborasi Dengan Syetan Dari Kalangan Jin
Di antara fitnah Ad-Dajjal ialah kemampuannya bekerjasama dengan syetan dari jenis jin untuk mengelabui manusia. Ad-Dajjal akan menyuruh sepasang syetan untuk menyerupai orangtua dari seorang Arab Badui, padahal kedua ayah dan ibu orang itu sudah wafat. Ketika si Arab Badui itu terperangah menyaksikan dan menyangka bahwa kedua orangtuanya berhasil dihidupkan kembali oleh Ad-Dajjal, maka kedua syetan itu akan menyuruh si Arab Badui ini untuk mematuhi Ad-Dajjal sebagai Rabb.
وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنْ يَقُولَ لِأَعْرَابِيٍّ أَرَأَيْتَ إِنْ بَعَثْتُ لَكَ أَبَاكَ وَأُمَّكَ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَبُّكَ فَيَقُولُ نَعَمْ فَيَتَمَثَّلُ لَهُ شَيْطَانَانِ فِي صُورَةِ أَبِيهِ وَأُمِّهِ فَيَقُولَانِ يَا بُنَيَّ اتَّبِعْهُ فَإِنَّهُ رَبُّكَ
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya di antara fitnahnya yang lain dia (Dajjal) berkata kepada seorang Arab Badui, ‘Bagaimana pendapatmu jika kubangkitkan untukmu bapak dan ibumu, apakah kamu mau bersaksi bahwa aku Rabbmu?’ Orang itu menjawab, ‘Ya.’ Lantas dua syetan menjelma dalam bentuk bapak dan ibunya, kemudian syetan melalui mulut keduanya berkata, ‘Anakku, ikutilah dia (Dajjal), sebab dia adalah Rabbmu”. (HR Ibnu Majah – Shahih)
- Dengan Izin Allah Sanggup Menghidupkan Orang Yang Sudah Mati
Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan Dzat Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa. Fitnah Ad-Dajjal berikutnya ialah sanggup menghidupkan kembali seorang yang baru saja dia bunuh. Bagi setiap orang yang tidak memiliki iman atau lemah imannya, niscaya hal ini merupakan fitnah Ad-Dajjal yang paling sempurna di dalam meyakinkan mereka bahwa Ad-Dajjal benar-benar merupakan Rabb. Sebab salah satu perkara yang dipahami manusia pada umumnya bahwa yang disebut Rabb adalah dia yang sanggup mematikan dan sanggup pula menghidupkan. Sebagaimana kesombongan yang diperlihatkan oleh raja zalim thaghut bernama Namrud di hadapan Nabiyullah Ibrahim ‘alahis-salaam.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabb-nya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Rabb-ku ialah Yang menghidupkan dan Yang mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. (QS Al-Baqarah 258)
Ketika menafsirkan ayat di atas Ibnu Katsir menulis:
“Qatadah, Muhammad ibnu Ishaq, As-Sudi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa untuk membuktikan ucapannya itu raja tersebut mendatangkan dua orang lelaki yang keduanya dikenai sanksi hukuman mati. Lalu si Raja Namrud membunuh salah seorangnya dan memaafkan yang lainnya hingga selamat, tidak dikenai hukuman mati. Demikianlah makna menghidupkan dan mematikan menurutnya.
Akan tetapi, pada kenyataannya bukanlah demikian jawaban yang dikehendaki oleh Ibrahim a.s. dan tidak pula sealur dengannya, mengingat hal tersebut tidak menghalangi adanya Pencipta. Sesungguhnya raja itu mengakui kedudukan tersebut hanyalah semata-mata sebagai ungkapan keingkaran dan kecongkakannya, serta mengkamuflasekan jawabannya seakan-akan dialah yang melakukan hal tersebut. Bahwa seakan-akan dialah yang menghidupkan dan yang mematikan.” (Tafsir Ibnu Katsir Juz 3, hlm. 57-58, Penerbit Sinar Baru Algensindo)
Bilamana dahulu kala Raja Namrud di hadapan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam hanya sanggup melakukan debat yang lemah argumentasinya untuk membuktikan bahwa dirinya adalah Rabb, maka kelak Ad-Dajjal akan benar-benar melakukan atraksi menghidupkan kembali seorang manusia yang telah dibunuhnya. Tentu semua itu terjadi atas izin Allah agar menjadi ujian bagi manusia…! Demikianlah yang dijelaskan di dalam hadits berikut ini:
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ فَيَتَوَجَّهُ قِبَلَهُ رَجُلٌ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ فَتَلْقَاهُ الْمَسَالِحُ مَسَالِحُ الدَّجَّالِ فَيَقُولُونَ لَهُ أَيْنَ تَعْمِدُ فَيَقُولُ أَعْمِدُ إِلَى هَذَا الَّذِي خَرَجَ قَالَ فَيَقُولُونَ لَهُ أَوَ مَا تُؤْمِنُ بِرَبِّنَا فَيَقُولُ مَا بِرَبِّنَا خَفَاءٌ فَيَقُولُونَ اقْتُلُوهُ فَيَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ أَلَيْسَ قَدْ نَهَاكُمْ رَبُّكُمْ أَنْ تَقْتُلُوا أَحَدًا دُونَهُ قَالَ فَيَنْطَلِقُونَ بِهِ إِلَى الدَّجَّالِ فَإِذَا رَآهُ الْمُؤْمِنُ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ هَذَا الدَّجَّالُ الَّذِي ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَيَأْمُرُ الدَّجَّالُ بِهِ فَيُشَبَّحُ فَيَقُولُ خُذُوهُ وَشُجُّوهُ فَيُوسَعُ ظَهْرُهُ وَبَطْنُهُ ضَرْبًا قَالَ فَيَقُولُ أَوَ مَا تُؤْمِنُ بِي قَالَ فَيَقُولُ أَنْتَ الْمَسِيحُ الْكَذَّابُ قَالَ فَيُؤْمَرُ بِهِ فَيُؤْشَرُ بِالْمِئْشَارِ مِنْ مَفْرِقِهِ حَتَّى يُفَرَّقَ بَيْنَ رِجْلَيْهِ قَالَ ثُمَّ يَمْشِي الدَّجَّالُ بَيْنَ الْقِطْعَتَيْنِ ثُمَّ يَقُولُ لَهُ قُمْ فَيَسْتَوِي قَائِمًا قَالَ ثُمَّ يَقُولُ لَهُ أَتُؤْمِنُ بِي فَيَقُولُ مَا ازْدَدْتُ فِيكَ إِلَّا بَصِيرَةً قَالَ ثُمَّ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لَا يَفْعَلُ بَعْدِي بِأَحَدٍ مِنْ النَّاسِ قَالَ فَيَأْخُذُهُ الدَّجَّالُ لِيَذْبَحَهُ فَيُجْعَلَ مَا بَيْنَ رَقَبَتِهِ إِلَى تَرْقُوَتِهِ نُحَاسًا فَلَا يَسْتَطِيعُ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ فَيَأْخُذُ بِيَدَيْهِ وَرِجْلَيْهِ فَيَقْذِفُ بِهِ فَيَحْسِبُ النَّاسُ أَنَّمَا قَذَفَهُ إِلَى النَّارِ. وَإِنَّمَا أُلْقِيَ فِي الْجَنَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. هَذَا أَعْظَمُ النَّاسِ شَهَادَةً عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Dajjal muncul lalu seseorang dari kalangan kaum mu`minin menuju ke arahnya. Bala tentara Dajjal yang bersenjata menemuinya. Mereka bertanya: ‘Kau hendak kemana?’ Mu`min itu menjawab: ‘Aku hendak ke orang yang muncul itu (Dajjal).’ Mereka bertanya: ‘Apa kamu tidak beriman kepada Rabb kami?’ Mu`min itu menjawab: ‘Rabb kami tidaklah samar.’ Mereka berkata: ‘Bunuh dia.’ Lalu mereka saling berkata satu sama lain: ‘Bukankah Rabb kalian melarang kalian membunuh seseorangpun tanpa (izin) dia (Ad-Dajjal).’ Maka mereka membawanya (mu’min itu) ke hadapan Dajjal. Saat orang mu`min melihatnya (Dajjal), ia (mu’min itu) berkata, ‘Wahai sekalian manusia, inilah Ad-Dajjal yang disebut oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam.’ Lalu Dajjal memerintahkan agar (mu’min itu) dibelah. Ia Dajjal) berkata, ‘Ambil dan belahlahlah dia.’ Punggung dan perut mu’min itu dipenuhi pukulan. Lalu Dajjal bertanya: ‘Apakah kamu tidak beriman padaku? ‘ Mu`min itu menjawab: ‘Kau adalah Al-Masih si pendusta?’ Lalu Dajjal memerintahkan dia (mu’min itu) digergaji dari ujung kepala sehingga berpisah antara kedua kakinya. Kemudian Dajjal berjalan di antara dua potongan tubuh (mu’min) itu lalu berkata: ‘Berdirilah,’ Maka tubuh (mu’min) itu pun berdiri. Selanjutnya Dajjal bertanya padanya: ‘Apakah kamu beriman padaku?’ Dia (mu’min itu) menjawab: ‘Tidak bertambah pada diriku selain kejelasan (mengenai siapa dirimu)’. Setelah itu dia (mu’min itu) berkata: ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya dia (Dajjal) tidak bisa berbuat apa-apa lagi kepada manusia lain sesudah diriku’. Lalu Dajjal mengambilnya (mu’min itu) untuk disembelih, kemudian antara leher dan tulang selangkanya (si mu’min) diberi perak. Tapi Dajjal tidak mampu membunuhnya. Kemudian kedua tangan dan kedua kakinya (mu’min itu) diambil lalu dilemparkan. Orang-orang mengiranya (mu’min itu) dilemparkan ke dalam neraka padahal sesungguhnya ia (mu’min itu) dilemparkan ke dalam surga.” Setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Ini (mu’min) adalah manusia yang paling mulia (mati) syahidnya di sisi (Allah) Rabb seluruh alam semesta”. (HR. Muslim –Shahih)
Bila rangkaian fitnah telah bermunculan menjelang datangnya Dajjal, maka manusia akan mengalami proses seleksi. Barangsiapa yang sanggup istiqomah menghindarkan diri dan keluarganya dari rangkaian fitnah tersebut, maka ia bakal sanggup terbebaskan dari puncak fitnah, yakni Dajjal. Dan sebaliknya, barangsiapa yang malah ikut serta menyemarakkan rangkaian fitnah sebelum datangnya Dajjal, niscaya ia akan sangat mudah menjadi sasaran tipudaya Dajjal. Barangsiapa yang tanpa jiwa kritis menerima bahkan mendukung the New World Order, maka ia termasuk mereka yang pada hakikatnya turut menanti-nanti dan menyambut dengan sukacita kedatangan pucuk pimpinan, yaitu Dajjal.
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ (أحمد)
Dari Hudzaifah Radhiallahu Anhu berkata: “Suatu ketika, ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaih Wasallam. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi diantara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menyongsong fitnah Dajjal.” (HR. Ahmad)
Abu Dzar Radhiallahu Anhu pernah pertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
“Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”. (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya)
Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr (pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menggambarkan penyesalan orang-orang karena mentaati pemimpin yang menyesatkan,
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا(66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا (68) رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْناً كَبِيراً (الأحزاب: 66-68)
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, Andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul. Dan mereka berkata;:”Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami Telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (Al Ahzab: 66-67)
Solusi Menyelamatkan Diri Dan Keluarga Dari Fitnah Dajjal
Memiliki Iman & Tauhid yang Shiddiq dan Istiqomah
Secara garis besar kita bisa mengatakan bahwa ada dua macam solusi yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menyelamatkan ummat Islam dari fitnah Ad-Dajjal. Solusi pertama bersifat fundamental dan tidak boleh tidak mesti dimiliki oleh setiap muslim untuk menghadapi fitnah Ad-Dajjal. Bila solusi pertama ini absen, maka dia tidak akan sanggup menghadapi aneka tipu-daya Ad-Dajjal.
Solusi pertama untuk menyelamatkan diri dan keluarga dari fitnah Dajjal adalah dengan iman, tauhid yang shiddiq dan istiqamah. Berdasarkan pesan Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwasallam di dalam sebuah hadits berikut:
إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ وَاللَّهُ خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Jika dia (Ad-Dajjal) telah muncul di antara kalian sedang aku masih bersama kalian, maka cukuplah aku menjadi pembela (yang melindungi) kalian dari ancamannya, namun bila dia muncul sedang aku telah tiada, maka setiap individu menjadi pembela (yang melindungi) dirinya sendiri, dan Allah adalah Khalifah-ku atas setiap muslim”. (HR. Muslim – Shahih)
Membaca Doa Di Akhir Sholat
Di akhir sholat hendaknya membaca doa memohon perlindungan Allah dari empat perkara yang salah satunya adalah dari keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Doa ini dibaca ketika duduk tasyahud atau tahiyyat akhir menjelang salam ke kanan dan ke kiri menutup sholat.
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Dari Abu Hurairah, dia berkata; “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dan berdoa “ALLAHUMMA INNI A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WAMIN ‘ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL (Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari (1) siksa jahannam dan (2) siksa kubur, dan (3) fitnah kehidupan dan kematian, serta (4) keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal).” (HR. Muslim – Shahih)
Menjauhi Ad-Dajjal
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengarahkan ummat agar menjauhi Ad-Dajjal ketika fitnah paling dahsyat itu sudah keluar di tengah umat manusia.
Bila fitnah Ad-Dajjal sudah keluar dan sedang melanglang buana menebar aneka tipudayanya, maka hendaknya seorang mukmin tidak memelihara rasa ingin tahunya sehingga penasaran untuk mendekati Ad-Dajjal. Sebab Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengkhawatirkan adanya seorang laki-laki yang benar-benar mendatangi Ad-Dajjal dan menyangka bahwa Ad-Dajjal adalah seorang yang baik, bahkan seorang mukmin, sehingga laki-laki itu mengikuti apa saja tipudaya yang ditampilkan Ad-Dajjal.
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Siapa yang mendengar (kedatangan) Dajjal hendaklah menjauhinya. Demi Allah, seorang laki-laki benar-benar akan mendatangi Ad-Dajjal dan mengira bahwa dia (Ad-Dajjal) adalah seorang mukmin, lalu ia akan mengikuti setiap syubhat yang ditebarkannya”. (HR. Abu Dawud – Shahih)
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sampai menjelaskan bahwa di zaman Ad-Dajjal muncul kebanyakan dari pengikutnya adalah kaum wanita, sehingga seorang pria mengikat semua kaum wanita dari lingkungan keluarganya agar jangan sampai keluar sehingga menjadi pengikut Ad-Dajjal.
يَنْزِلُ الدَّجَّالُ فِي هَذِهِ السَّبَخَةِ بِمَرِّقَنَاةَ فَيَكُونُ أَكْثَرَ مَنْ يَخْرُجُ إِلَيْهِ النِّسَاءُ حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَرْجِعُ إِلَى حَمِيمِهِ وَإِلَى أُمِّهِ وَابْنَتِهِ وَأُخْتِهِ وَعَمَّتِهِ فَيُوثِقُهَا رِبَاطًا مَخَافَةَ أَنْ تَخْرُجَ إِلَيْهِ
Dari Ibnu Umar ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Ad-Dajjal tinggal di tanah berair di Marriqonaah, maka kebanyakan pengikutnya itu dari kalangan kaum wanita, sehingga seorang pria pulang untuk menemui isterinya, ibunya, anak perempuannya, saudara perempuannya dan bibinya. Kemudian dia mengikat mereka kuat-kuat karena khawatir kalau-kalau wanita-wanita tersebut pergi mengikuti Ad-Dajjal.” (HR. Ahmad – Hasan)
Menghafal Sepuluh Ayat Awal Surah Al-Kahfi
Termasuk solusi lain yang diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam agar ummat selamat menghadapi fitnah Ad-Dajjal ialah menghafalkan sepuluh ayat permulaan surah Al-Kahfi.
مَنْ حَفِظَ عشر آيَات من أول سُورَة الْكَهْف عصم من فتْنَة الدَّجَّال
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa menghafal sepuluh ayat awal dari surat Al-Kahfi, maka ia akan dijaga dari fitnah Ad-Dajjal.” (HR. Muslim – Shahih)
Apa hikmah di balik menghafalkan kesepuluh ayat tersebut? Wallahu a’lam. Yang jelas, kalau kita tadabbur (pelajari) surah Al-Kahfi dan khususnya kisah para pemuda Kahfi penghuni gua, maka kita dapati bahwa kondisi masyarakat yang mereka hadapi memiliki kemiripan dengan kondisi masyarakat menjelang dan saat keluarnya fitnah Ad-Dajjal. Yaitu hadirnya pemimpin yang menyesatkan umat manusia dan rakyat kebanyakan yang rela mematuhinya. Para pemimpin tersebut telah dipatuhi kaumnya sedemikian rupa sehingga menempati posisi sebagai ilah-ilah selain Allah yang diagungkan bahkan disembah. Sehingga Allah mengabadikan ucapan sekaligus sikap para pemuda Kahfi terhadap kaum yang mereka hidup bersamanya:
هَؤُلاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَوْلا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
“Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia (Allah) sebagai ilah-ilah (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (QS. Al-Kahfi: 15)
Dalam kondisi kemusyrikan yang merebak, maka Allah perintahkan para pemuda Kahfi melakukan uzlah (mengasingkan diri) dari kesyirikan kaumnya dengan masuk ke gua yang dirahmati Allah agar iman-tauhid mereka terpelihara bahkan bertambah. Perintah Allah tersebut diikuti do’a para pemuda Kahfi yang berbunyi:
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: “Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. (QS Al-Kahfi 10)
Tinggal Di Mekkah Atau Madinah
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menjelaskan bahwa jika fitnah Ad-Dajjal keluar, maka dia akan masuk ke semua negeri untuk menyebar tipudayanya kecuali memasuki dua kota suci yaitu Mekkah dan Madinah. Para malaikat menjaga dan melindungi kedua kota itu dari masuknya Ad-Dajjal.
لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلَّا مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ لَيْسَ لَهُ مِنْ نِقَابِهَا نَقْبٌ إِلَّا عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ صَافِّينَ يَحْرُسُونَهَا
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Tidak ada suatu negeripun yang tidak akan dimasuki Ad-Dajjal kecuali Mekkah dan Madinah, karena tidak ada satu pintu masukpun dari pintu-pintu gerbangnya (kota Mekkah dan Madinah) kecuali ada para malaikat yang berbaris menjaganya.” (HR Bukhari – Shahih)
Berarti di antara solusi ummat agar selamat menghadapi fitnah Ad-Dajjal adalah dengan menetap di Mekkah atau Madinah. Dua kota ini merupakan tempat paling terlindungi dari interfensi fitnah Ad-Dajjal.
Namun demikian, bukan soal menetap di Mekkah atau Madinah yang paling penting. Tetap perlu diingat bahwa kuatnya iman-tauhid seorang muslim-lah yang paling menjamin terlindunginya dia dari fitnah Ad-Dajjal.
Sebab Nabi Muhammad juga memperingatkan bahwa Ad-Dajjal ketika gagal memasuki kota Madinah dia (Ad-Dajjal) akan melakukan upaya menarik penduduk Madinah keluar untuk memenuhi panggilannya. Dan ternyata akan ada juga yang mau keluar meninggalkan Madinah demi memenuhi rayuan Ad-Dajjal. Mereka itulah kaum munafik dan kaum fasik dari penduduk Madinah. Itulah hari yang dijuluki Nabi sebagai yaumul-kholash (hari pemurnian) kota Madinah.
يوم الخلاص وما يوم الخلاص؟ يوم الخلاص وما يوم الخلاص؟ يوم خلاص وما يوم الخلاص؟ فقيل له وما يوم الخلاص؟ قال يجيء الدجال فيصعد أحدا فينظر المدينة فيقول لأصحابه: أترون هذا القصر الأبيض؟ هذا مسجد أحمد. ثم يأتي المدينة فيجد بكل نقب منها ملكا مصلتا فيأتي سبخة الجرف فيضرب رواقه ثم ترجف المدينة ثلاث رجفات فلا يبقى منافق ولا منافقة ولا فاسق ولا فاسقة إلا خرج إليه فذلك يوم الخلاص
“Hari pemurnian, apa itu hari pemurnian?” Dan ucapan seperti itu diulangi tiga kali oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Lalu ditanyakan kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam “Apakah hari pemurnian itu?” Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pun bersabda: “Ad-Dajjal akan muncul kemudian mendaki ke gunung Uhud. Dari situ dia menyaksikan kota Madinah. Lalu berkata kepada para pengikutnya: ‘Tidakkah kalian melihat istana putih itu?’ Itu masjid Ahmad (Muhammad/ masjid Nabawy). Kemudian Ad-Dajjal mendatangi Madinah, namun mendapati di setiap jalan menuju kota ada malaikat penjaga yang menghunuskan pedangnya. Kemudian Ad-Dajjal mendatangi Sabkhah Al-Juruf (tanah tandus di lereng bukit), kemudian ia memukul serambi depannya. Kemudian kota Madinah bergetar tiga kali. Dengan itu tiada seorang munafik, baik laki-laki maupun perempuan, dan tiada seorang fasik, baik laki-laki maupun perempuan, melainkan akan keluar kota (Madinah) untuk menemuinya (Ad-Dajjal) dan itulah yang disebut Yaumul Kholash (hari pemurnian).” (HR. Ahmad, Al-Hakim – Shahih)
Wallahu Ta’ala A’lam
Oleh:Ust. Ihsan Tanjung
(Hud/DARUSSALAM.ID)
Copyright 2023, All Rights Reserved
Leave Your Comments